***********
Bagaimana jika perasaan itu tidak pernah memiliki batasan,
keterbatasan, atau bahkan kebebasan?
Bagaimana kurungan yang
melingkupiku akan berhamburan seperti partikel-partikel berkilauan,
merobek cahaya, menerobos kegelapan, menjemput perasaanku yang jatuh
terlalu dalam.
Yang membuatku berdiam dalam
sangkarku, menatap keluar, langit-langit jauh berteralis, adalah
nada-nada yang kamu perdengarkan. Aku menutup mataku dan begitulah kamu
muncul di depanku. Melewati batas yang telah diciptakan, menerjang
tembok yang telah didirikan, bertaburan cahaya dalam tarian-tarian bak
angsa surga. Dengan senyuman yang menenangkan hatiku, mata yang
menawarkan penghilang luka dan aroma yang menawarkan sebentuk candu.
Nada-nada
yang tercipta setelah itu adalah thinking of you, berlarian di atas
tuts-tuts piano, membelah hampa dalam perpaduan cello dan biola. Kamu
adalah nada yang memperdengarkan lagu dalam kehidupanku. Terserah pada
jeruji maupun sangkar emas yang mengurungku, dalam pengasuhan nada yang
kamu ajarkan, aku terjebak untuk merantai diriku sendiri.
Orang-orang
fikir ini bahagia, bagiku ini adalah tempat terbak untuk bisa terus
melihatmu. Memiliki setiap nada yang memancar dari segenap kisahmu.
Romantisme, hakikat, keceriaan remaja, sakitnya awal dewasa, semangat
yang meluap, hingga pemberontakan menuju dewasa yang sesungguhnya.
Kita
akan semakin menjadi tua, iya. Tapi nada-nada kita akan tetap sama,
berlangsung selamanya. Selama nada itu terdengar atau diperdengarkan.
Petikan
suara gitar dan senyumanmu yang duduk menopang dagu. Jemarimu yang
menari memainkan nada untukku menyanyikannya, ah, jika kamu tau maka aku
sangat bahagia. Bagiku, meskipun waktu berakhir hari ini, aku
berterimakasih karena telah bertemu denganmu.
Katamu,
kita hidup dalam sebuah rumah dengan pintu-pintu. Di sebelah kanan
pintu dan di sebelah kiri pintu. Di depan pintu dan di belakang pintu.
Bagimu kita adalah sebuah rumah untuk pulang, bukan penjara kamera
seperti yang pada awalnya kufikirkan.
"Kenapa
kita adalah sebuah rumah dengan pintu-pintu itu, Kei?" Tanya ku
akhirnya. Berapa tahun kita ada di tempat yang sama, baru kali ini
pertanyaan itu terlahir secara nyata.
"Karena
kita adalah tempat untuk pulang. Ketika seseorang bersedih, mereka
mendengarkan atau melihat kita, lalu mereka seperti menemukan rumahnya,
keluarganya dan tersenyum bersama. Ketika salah seorang bahagia, kita
semua bahagia. Kita berbagi banyak hal dan membagi banyak hal. Semua
yang kita bagi itu menjadi sebuah pintu. Pintu yang menunjukkan kemana
Yamada akan membeli kemejanya hari ini. Pintu menuju tempat Yuto
memukuli drumnya seperti orang kesetanan. Pintu menuju tempat Keito yang
sedang berlatih. Pintu menuju tempat dimana Chii ingin bermanja-manja.
Pintu menuju tempat impian Daiki. Pintu menuju tempat yang ceria seperti
Hikaru. Pintu menuju keinginan Yuya. Pintu untukku pulang dan pergi.
Pintu untuk hati Yabu, juga ada di rumah kita!" Jawabmu.
Lilin yang menyala di tengah meja kita bertiup pelan. Dingin.
"Hm, kita adalah sebuah rumah. Terimakasih sudah membanginnya untukku!" Aku tersenyum padanya.
Rantai
yang mengikat tubuhku, tiba-tiba berhamburan menjadi cahaya ketika kamu
tersenyum di depanku. Tertawa perlahan sebelum menggeleng.
"Tidak, aku tidak membangunnya untukmu. Kita membangun rumah kita bersama-sama, dan tinggal di dalamnya bersama-sama!" Katamu.
Lagi, membuka jeruji yang melingkupiku.
"Ya Tuhan, kamu begitu bijaksana. Kenapa selama ini aku tidak menyadarinya?" Candaku.
"Aku
cerdas, aku berfikir untuk menjadi lebih dewasa. Lihat, angka di atas
kue ulang tahunmu. Kamu sudah tua tau, jadi cepatlah dewasa dan
memperluas rumah kita!" Sahutmu.
Aku tertawa.
Dunia
ini bukanlah sebuah kurungan lagi, itu hanya apa yang kufikirkan ketika
seorang diri. Sekarang, kamu adalah penjaraku. Tempat dimana aku
terkurung dan tidak bisa keluar lagi.
_END_
Waaahhhh
.... ini langsung diketik di sini dan dipost begitu selesai ^_^ !
Bagaimana pun, selamat ulang tahun untuk HSJ no riida, Yabu Kota. Sudah
25 yaaaa ^_^ Saya harus bersiap-siap, menyiapkan hati saya karena
mungkin kamu akan semakin dekat untuk menikah dan saya akan patah hati
^_^
Tuhan melihatku, melihatmu, melihat
kalian, melihat kita. Semoga Dia melindungimu dengan kecerdasaan,
menganugerahkan kedewasaan dan kebijaksanaan, menghadiahkan kebahagian,
memperbanyak pengalaman, dan menunjukkan hal-hal luar biasa padamu.
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar