Sabtu, 31 Januari 2015

Thinking of you

***********


Bagaimana jika perasaan itu tidak pernah memiliki batasan, keterbatasan, atau bahkan kebebasan? 
Bagaimana kurungan yang melingkupiku akan berhamburan seperti partikel-partikel berkilauan, merobek cahaya, menerobos kegelapan, menjemput perasaanku yang jatuh terlalu dalam.

Yang membuatku berdiam dalam sangkarku, menatap keluar, langit-langit jauh berteralis, adalah nada-nada yang kamu perdengarkan. Aku menutup mataku dan begitulah kamu muncul di depanku. Melewati batas yang telah diciptakan, menerjang tembok yang telah didirikan, bertaburan cahaya dalam tarian-tarian bak angsa surga. Dengan senyuman yang menenangkan hatiku, mata yang menawarkan penghilang luka dan aroma yang menawarkan sebentuk candu.

Nada-nada yang tercipta setelah itu adalah thinking of you, berlarian di atas tuts-tuts piano, membelah hampa dalam perpaduan cello dan biola. Kamu adalah nada yang memperdengarkan lagu dalam kehidupanku. Terserah pada jeruji maupun sangkar emas yang mengurungku, dalam pengasuhan nada yang kamu ajarkan, aku terjebak untuk merantai diriku sendiri.

Orang-orang fikir ini bahagia, bagiku ini adalah tempat terbak untuk bisa terus melihatmu. Memiliki setiap nada yang memancar dari segenap kisahmu. Romantisme, hakikat, keceriaan remaja, sakitnya awal dewasa, semangat yang meluap, hingga pemberontakan menuju dewasa yang sesungguhnya.

Kita akan semakin menjadi tua, iya. Tapi nada-nada kita akan tetap sama, berlangsung selamanya. Selama nada itu terdengar atau diperdengarkan.

Petikan suara gitar dan senyumanmu yang duduk menopang dagu. Jemarimu yang menari memainkan nada untukku menyanyikannya, ah, jika kamu tau maka aku sangat bahagia. Bagiku, meskipun waktu berakhir hari ini, aku berterimakasih karena telah bertemu denganmu.

Katamu, kita hidup dalam sebuah rumah dengan pintu-pintu. Di sebelah kanan pintu dan di sebelah kiri pintu. Di depan pintu dan di belakang pintu. Bagimu kita adalah sebuah rumah untuk pulang, bukan penjara kamera seperti yang pada awalnya kufikirkan.

"Kenapa kita adalah sebuah rumah dengan pintu-pintu itu, Kei?" Tanya ku akhirnya. Berapa tahun kita ada di tempat yang sama, baru kali ini pertanyaan itu terlahir secara nyata.

"Karena kita adalah tempat untuk pulang. Ketika seseorang bersedih, mereka mendengarkan atau melihat kita, lalu mereka seperti menemukan rumahnya, keluarganya dan tersenyum bersama. Ketika salah seorang bahagia, kita semua bahagia. Kita berbagi banyak hal dan membagi banyak hal. Semua yang kita bagi itu menjadi sebuah pintu. Pintu yang menunjukkan kemana Yamada akan membeli kemejanya hari ini. Pintu menuju tempat Yuto memukuli drumnya seperti orang kesetanan. Pintu menuju tempat Keito yang sedang berlatih. Pintu menuju tempat dimana Chii ingin bermanja-manja. Pintu menuju tempat impian Daiki. Pintu menuju tempat yang ceria seperti Hikaru. Pintu menuju keinginan Yuya. Pintu untukku pulang dan pergi. Pintu untuk hati Yabu, juga ada di rumah kita!" Jawabmu.

Lilin yang menyala di tengah meja kita bertiup pelan. Dingin.

"Hm, kita adalah sebuah rumah. Terimakasih sudah membanginnya untukku!" Aku tersenyum padanya.

Rantai yang mengikat tubuhku, tiba-tiba berhamburan menjadi cahaya ketika kamu tersenyum di depanku. Tertawa perlahan sebelum menggeleng.

"Tidak, aku tidak membangunnya untukmu. Kita membangun rumah kita bersama-sama, dan tinggal di dalamnya bersama-sama!" Katamu.

Lagi, membuka jeruji yang melingkupiku.

"Ya Tuhan, kamu begitu bijaksana. Kenapa selama ini aku tidak menyadarinya?" Candaku.

"Aku cerdas, aku berfikir untuk menjadi lebih dewasa. Lihat, angka di atas kue ulang tahunmu. Kamu sudah tua tau, jadi cepatlah dewasa dan memperluas rumah kita!" Sahutmu.

Aku tertawa.

Dunia ini bukanlah sebuah kurungan lagi, itu hanya apa yang kufikirkan ketika seorang diri. Sekarang, kamu adalah penjaraku. Tempat dimana aku terkurung dan tidak bisa keluar lagi.

_END_

Waaahhhh .... ini langsung diketik di sini dan dipost begitu selesai ^_^ ! Bagaimana pun, selamat ulang tahun untuk HSJ no riida, Yabu Kota. Sudah 25 yaaaa ^_^ Saya harus bersiap-siap, menyiapkan hati saya karena mungkin kamu akan semakin dekat untuk menikah dan saya akan patah hati ^_^
Tuhan melihatku, melihatmu, melihat kalian, melihat kita. Semoga Dia melindungimu dengan kecerdasaan, menganugerahkan kedewasaan dan kebijaksanaan, menghadiahkan kebahagian, memperbanyak pengalaman, dan menunjukkan hal-hal luar biasa padamu. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar