Cast : Seinegt saya deh (-__-") yang pasti ini Yabunoo, fumaken, yamaChii, etc.
Warning : Yaoi with rate M
Suatu masa, sebuah dunia yang tidak bisa diceritakan dengan
kata-kata.
Dunia yang magis, dengan kerajaan-kerajaan superior yang
berperang memperebutkan kerajaan yang lebih lemah, atau bersekutu untuk
menghancurkan yang lain. Dan dalam setiap perjanjian, selalu ada yang menjadi
imbalan, entah sebuah umpan atau sesuatu untuk ditumbalkan.
Dan seperti hal yang
wajar ketika barisan pasukan melintasi jalanan kota bergelar ‘the light’ itu.
Kota berpenampilan indah yang dibangun ratusan tahun dengan darah-darah dan
berbagai pengorbanan. Istana yang berdiri kokoh berwarna biru terang, campuran
safir, torquis dan topaz. Tahta berhiaskan ruby, berlian dan mutiara. Mahkota
zamrud dan kristal-kristal yang bening. Kota dengan jalan bersih dan
lampu-lampu artistik dan rumah-ruah penduduk yang berdiri rapi. Jembatan kokoh
melengkung menyeberangi sungai dan danau. Negara yang cantik dengan hutan-hutan
penuh bunga, sungai berair jernih, ratusan air terjun yang indah, juga gunung
dan danau yang cantik.
Negara yang indah dengan kekuatan militer luar biasa kuat.
Ratusan kerajaan kecil takhluk dalam lima tahun ini. Raja yang telah berkuasa
selama dua puluh lima tahun mengirimkan para pangeran untuk memimpin pasukan
dan menguasai wilayah lain. Menemukan wilayah baru, menguasainya, juga
tawanan-tawanan dan budak-budak untuk melengkapi kerajaan. Sebuah wajah lain di
balik kerajaan raksasa yang indah.
Raja dan keluarganya tinggal di istana utama. Ribuan
pengawal berjaga setiap harinya, puluhan ribu pelayan dan dayang-dayang
menyiapkan semua kebutuhan istana. Pemain musik dan juga penari menjadi hiburan
setiap hari. Raja yang dikenal sebagai seorang jenius, juga panglima yang
sangat kuat mendatangkan bunga-bunga, buah-buahan segar, juga
perhiasan-perhiasan dan kain-kain yang cantik untuk permaisuri dan para
selirnya.
Jun. Raja kerajaan Timur telah memiliki permaisuri saat
berusia lima tahun. Nino, permaisurinya terkenal sangat cerdik dengan wajah
yang sangat manis, tapi sebagai permaisuri, Nino memiliki racun yang sangat
mematikan: kata-katanya. Selain permaisuri, ratusan selir juga hidup di istana.
Anak-anak raja dari negara yang ditakhlukkan atau sejenis ‘pajak’ perjanjian
dengan negara sekutu.
Dan pasukan yang baru saja kembali menuju istana adalah
sepersepuluh dari total pasukan milik
salah satu pangeran. Putra raja Jun dari selir kesayangannya yang dipanggil
Kame, Kouta. Kabar takhluknya kerajaan FullMoon yang telah diimpi-impikan oleh
raja Jun akhirnya terlaksana setelah Kouta meminpin pasukan menyerang FullMoon
yang telah dikepung dan diserang habis-habisan selama lima tahun.
Jun dan Nino menyambut kedatangan putranya dengan wajah
sumpringah. Keberhasilan Kouta bukan hanya menakhlukkan kerajaan yang penuh
dengan batu mulia, tapi juga berhasil membuat kerajaan-kerajaan yang lain lebih
berhati-hati pada kerajaan mereka.
“Luar biasa, setelah lima tahun kita menggempur mereka,
akhirnya kita menguasai FullMoon!” Nino menepuk bahu Kouta yang sudah
dibesarkannya semenjak kecil.
Kouta hanya tersenyum bangga.
“Ayah, sebagai hadiah untuk keberhasilanku, bisakah tawanan
dari istana FulMoon menjadi hakku?” Kouta bertanya dengan penih harap pada
ayahnya.
Jun hanya tertawa dan mengangguk, menyetujui permintaan
Kouta. “Tapi, jangan lupa berbagi dengan saudara-saudaramu!” Nasihatnya sebelum
membiarkan Kouta menemui ibu kandungnya, Kame.
***
Kouta yang terlihat seperti monster di medang perang,
berubah manja saat berada di bagian bawah istana. Salah satu tempat rahasia
yang tertutup dan sangat dilindungi oleh Jun.
Tempat Jun menyimpan Kame, selir kesayangannya yang dimilikinya setelah
menakhlukkan kerajaan dimana ayah Kame adalah raja saat itu. Dan raja FullMoon
yang sekarang, adalah kekasih Kame yang seharusnya menjuadi suaminya jika Jun
tidak menyerang dan membunuh ayah serta saudara-saudara Kame bertahun-tahun
lalu karena tertarik padanya.
“Haruskah kamu menjadi panglima?” Kame mengelus rambut
putranya, bertanya dengan halus.
“Itu sebuah kehormatan untukku ibu. Kita harus menjadi lebih
kuat lagi!”Kouta menjawab dengan serius, membuat Kame enggan untuk bertanya
lagi. Fikirannya sudah cukup terbagi, anak pertamanya, Tegoshi dipersiapkan
untuk perjanjian persekutuan dengan kerajaan tetangga mereka, sementara
anak-anaknya yang lain bergantian pergi ke medan perang atau meminpin
penyerangan.
***
Kouta menemui adik-adiknya di aula para pangeran setelah
menyerahkan berbagai hadiah untuk kakaknya, Tegoshi. Ini menjadi kebiasaan setelah
mereka menakhlukkan sebuah kerajaan. Para pangeran itu menyebutnya sebagai
‘pembagian hasil’.
Pembagian kali ini menjadi begitu istimewa karena yang akan
mereka bagi adalah anak-anak raja FullMoon yang sangat terkenal dengan
kecantikannya. Dan Kouta tidak memiliki keegoisan yang cukup untuk memiliki
mereka sendiri.
“Jadi, dimana bagianku?”Hikaru bertanya penuh semangat.
“Tenang saja, semua akan dibagi rata. Tapi tentunya aku
mendapat sedikit lebih banyak!”Kouta hanya tersenyum senang sambil memilah beberapa
barang yang terhampar di meja. Tumpukan batu mulia, emas, perak, perhiasan yang
cantik, hingga lebih mirip gundukan harta karun.
“Jadi, Kouta nii akan membagi anak-anak raja FullMoon itu
juga?” Shori, adik Kouta yang berbeda ibu bertanya penuh antusias.
Kouta hanya menjawabnya dengan anggukan.
“Kalian semua akan mendapatkan bagian yang bagus, jadi
sebaiknya carilah hadiah yang bagus juga untuk mereka!” Kouta memberi
nasihat-jika bisa disebut nasihat- sambil menunjukkan sebuah kalung dengan
liontin berbentuk kristal es yang terbuat dari batu safir dan ruby yang
berkilau. “Seperti hadiah kecil ini misalnya!” Kouta memberikan contoh.
“Kouta nii selalu menemukan barang bagus!”Amu memuji sambil
memanyunkan bibirnya. Tapi kemudian segera beranjak mengobrak abrik benda-benda
di atas meja untuk mencari sesuatu yang kiranya bagus di matanya. Dan sesuatu
itu haruslah “cantik”.
“Apa ini barang yang cukup bagus?” Yuya menunjukkan sebuah
kotak segenggaman tangannya yang terbuat dari emas, dengan hiasan kristal warna-warni
dan berlian beraneka bentuk. Di dalamnya, sebuah miniatur bunga mawar tersimpan
dengan sangat cantik. kelopak bunganya terbuat dari berlian berwarna merah
darah, putiknya dari zamrud hijau tua terang, sementara mahkotanya dari
moonstone yang berkilauan.
“Itu sangat bagus, sepertinya akan cocok!” Kouta berkomentar
sambil mengangguk, lalu matanya kembali berkeliling untuk mencari benda yang
lain.
Ryosuke yang tidak begitu mengikuti pembicaraan tersenyum
senang setelah menemukan beberapa barang yang menurutnya cantik, lalu
dimasukkannya ke dalam kotak kristal bening berukuran sedang. Dimulai dari
kotak musik yang terbuat dari batuan mulia jenis aquamarine, hingga
perhiasan-perhiasan yang cantik.
“Kouta nii, apakah hadiah untuk kedua ibu kita sudah dikirimkan?”
Yuto bertanya pelan setelah mengingat kebiasaan mereka.
“Unn. Sudah. Aku yang mengantarkannya sendiri. Bahkan untuk
Tegoshi nii juga. Tinggal kalian saja yang belum kuberi apa-apa!” Kouta
tersenyum.
Berbeda dengannya, Yuto adalah putra dari Nino, seperti
halnya Shori, Amu, dan juga Fuma yang sepertinya bingung barang apa yang bagus
untuk sebuah hadiah.
“Jika sudah selesai, kalian bisa pergi ke kamar kalian
masing-masing. Aku sudah mengirimkan hadiah terbaik kalian ke sana!” Kouta
mengedipkan sebelah matanya usil pada adik-adiknya sebelum menyambar setangkai
mawar bercabang dua yang terbuat dari garnet, zamrud, peridot, dan ameythyst.
***
Fuma baru sadar bahwa dirinya adalah satu-satunya yang belum
berhasil menemukan satu hadiah pun setelah semua saudaranya berhamburan ke
kamar mereka masing-masing. Dan tidak mungkin meminta pendapat dari mereka
disaat seperti ini.
“Jadi apa yang harus aku berikan?” Fuma bertanya entah
kepada siapa, tapi kemudian senyumnya terkembang saat matanya menangkap sebuah
kilauan yang menurutnya sangat cantik.
Ditariknya benda itu dari ‘reruntuhan’ yang dibuat
saudara-saudaranya. Sebuah kalung yang lebih sederhana dari yang lainnya.
Terbuat dari emas putih yang dihiasi batu mulia dengan jenis dan warna berbeda
di setiap rantai kecilnya, dengan liontin zamrud berbentuk setetes air yang
dibingkai emas putih juga.
Fuma memasukkan kalung itu ke sakunya, kemudian mengambil
sebuah botol kecil kristal biru bening. Tapi tidak seperti saudaranya yang
langsung menuju ke kamar, Fuma justru berjalan ke arah lain. Baru setelah itu,
Fuma kembali ke kamarnya, dengan botol kristal itu terisi dengan sebuah cairan
berwarna ungu pekat.
Para penjaga
membungkuk hormat saat Fuma datang. Tepat sebelum Fuma memasuki kabar, beberapa
dayang keluar dari kamarnya. Mereka semua mengangguk seolah mengerti apa yang
akan ditanyakan Fuma.
Begitu pintu raksasa berhiasakan amethyst itu terbuka, Fuma
bisa melihat seseorang terbaring di ranjangnya.
-etc-
Next : FumaKen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar