Rabu, 26 Februari 2014

Diamond part 1

 Cast : Seinegt saya deh (-__-") yang pasti ini Yabunoo, fumaken, yamaChii, etc.
Warning : Yaoi with rate M

Suatu masa, sebuah dunia yang tidak bisa diceritakan dengan kata-kata.

Dunia yang magis, dengan kerajaan-kerajaan superior yang berperang memperebutkan kerajaan yang lebih lemah, atau bersekutu untuk menghancurkan yang lain. Dan dalam setiap perjanjian, selalu ada yang menjadi imbalan, entah sebuah umpan atau sesuatu untuk ditumbalkan.

Dan seperti hal  yang wajar ketika barisan pasukan melintasi jalanan kota bergelar ‘the light’ itu. Kota berpenampilan indah yang dibangun ratusan tahun dengan darah-darah dan berbagai pengorbanan. Istana yang berdiri kokoh berwarna biru terang, campuran safir, torquis dan topaz. Tahta berhiaskan ruby, berlian dan mutiara. Mahkota zamrud dan kristal-kristal yang bening. Kota dengan jalan bersih dan lampu-lampu artistik dan rumah-ruah penduduk yang berdiri rapi. Jembatan kokoh melengkung menyeberangi sungai dan danau. Negara yang cantik dengan hutan-hutan penuh bunga, sungai berair jernih, ratusan air terjun yang indah, juga gunung dan danau yang cantik.

Negara yang indah dengan kekuatan militer luar biasa kuat. Ratusan kerajaan kecil takhluk dalam lima tahun ini. Raja yang telah berkuasa selama dua puluh lima tahun mengirimkan para pangeran untuk memimpin pasukan dan menguasai wilayah lain. Menemukan wilayah baru, menguasainya, juga tawanan-tawanan dan budak-budak untuk melengkapi kerajaan. Sebuah wajah lain di balik kerajaan raksasa yang indah.

Raja dan keluarganya tinggal di istana utama. Ribuan pengawal berjaga setiap harinya, puluhan ribu pelayan dan dayang-dayang menyiapkan semua kebutuhan istana. Pemain musik dan juga penari menjadi hiburan setiap hari. Raja yang dikenal sebagai seorang jenius, juga panglima yang sangat kuat mendatangkan bunga-bunga, buah-buahan segar, juga perhiasan-perhiasan dan kain-kain yang cantik untuk permaisuri dan para selirnya.

Jun. Raja kerajaan Timur telah memiliki permaisuri saat berusia lima tahun. Nino, permaisurinya terkenal sangat cerdik dengan wajah yang sangat manis, tapi sebagai permaisuri, Nino memiliki racun yang sangat mematikan: kata-katanya. Selain permaisuri, ratusan selir juga hidup di istana. Anak-anak raja dari negara yang ditakhlukkan atau sejenis ‘pajak’ perjanjian dengan negara sekutu.

Dan pasukan yang baru saja kembali menuju istana adalah sepersepuluh  dari total pasukan milik salah satu pangeran. Putra raja Jun dari selir kesayangannya yang dipanggil Kame, Kouta. Kabar takhluknya kerajaan FullMoon yang telah diimpi-impikan oleh raja Jun akhirnya terlaksana setelah Kouta meminpin pasukan menyerang FullMoon yang telah dikepung dan diserang habis-habisan selama lima tahun.

Jun dan Nino menyambut kedatangan putranya dengan wajah sumpringah. Keberhasilan Kouta bukan hanya menakhlukkan kerajaan yang penuh dengan batu mulia, tapi juga berhasil membuat kerajaan-kerajaan yang lain lebih berhati-hati pada kerajaan mereka.

“Luar biasa, setelah lima tahun kita menggempur mereka, akhirnya kita menguasai FullMoon!” Nino menepuk bahu Kouta yang sudah dibesarkannya semenjak kecil.

Kouta hanya tersenyum bangga.

“Ayah, sebagai hadiah untuk keberhasilanku, bisakah tawanan dari istana FulMoon menjadi hakku?” Kouta bertanya dengan penih harap pada ayahnya.

Jun hanya tertawa dan mengangguk, menyetujui permintaan Kouta. “Tapi, jangan lupa berbagi dengan saudara-saudaramu!” Nasihatnya sebelum membiarkan Kouta menemui ibu kandungnya, Kame.

***

Kouta yang terlihat seperti monster di medang perang, berubah manja saat berada di bagian bawah istana. Salah satu tempat rahasia yang tertutup dan sangat dilindungi oleh Jun.  Tempat Jun menyimpan Kame, selir kesayangannya yang dimilikinya setelah menakhlukkan kerajaan dimana ayah Kame adalah raja saat itu. Dan raja FullMoon yang sekarang, adalah kekasih Kame yang seharusnya menjuadi suaminya jika Jun tidak menyerang dan membunuh ayah serta saudara-saudara Kame bertahun-tahun lalu karena tertarik padanya.

“Haruskah kamu menjadi panglima?” Kame mengelus rambut putranya, bertanya dengan halus.

“Itu sebuah kehormatan untukku ibu. Kita harus menjadi lebih kuat lagi!”Kouta menjawab dengan serius, membuat Kame enggan untuk bertanya lagi. Fikirannya sudah cukup terbagi, anak pertamanya, Tegoshi dipersiapkan untuk perjanjian persekutuan dengan kerajaan tetangga mereka, sementara anak-anaknya yang lain bergantian pergi ke medan perang atau meminpin penyerangan.

***

Kouta menemui adik-adiknya di aula para pangeran setelah menyerahkan berbagai hadiah untuk kakaknya, Tegoshi. Ini menjadi kebiasaan setelah mereka menakhlukkan sebuah kerajaan. Para pangeran itu menyebutnya sebagai ‘pembagian hasil’.

Pembagian kali ini menjadi begitu istimewa karena yang akan mereka bagi adalah anak-anak raja FullMoon yang sangat terkenal dengan kecantikannya. Dan Kouta tidak memiliki keegoisan yang cukup untuk memiliki mereka sendiri.

“Jadi, dimana bagianku?”Hikaru bertanya penuh semangat.

“Tenang saja, semua akan dibagi rata. Tapi tentunya aku mendapat sedikit lebih banyak!”Kouta hanya tersenyum senang sambil memilah beberapa barang yang terhampar di meja. Tumpukan batu mulia, emas, perak, perhiasan yang cantik, hingga lebih mirip gundukan harta karun.

“Jadi, Kouta nii akan membagi anak-anak raja FullMoon itu juga?” Shori, adik Kouta yang berbeda ibu bertanya penuh antusias.

Kouta hanya menjawabnya dengan anggukan.

“Kalian semua akan mendapatkan bagian yang bagus, jadi sebaiknya carilah hadiah yang bagus juga untuk mereka!” Kouta memberi nasihat-jika bisa disebut nasihat- sambil menunjukkan sebuah kalung dengan liontin berbentuk kristal es yang terbuat dari batu safir dan ruby yang berkilau. “Seperti hadiah kecil ini misalnya!” Kouta memberikan contoh.

“Kouta nii selalu menemukan barang bagus!”Amu memuji sambil memanyunkan bibirnya. Tapi kemudian segera beranjak mengobrak abrik benda-benda di atas meja untuk mencari sesuatu yang kiranya bagus di matanya. Dan sesuatu itu haruslah “cantik”.

“Apa ini barang yang cukup bagus?” Yuya menunjukkan sebuah kotak segenggaman tangannya yang terbuat dari emas, dengan hiasan kristal warna-warni dan berlian beraneka bentuk. Di dalamnya, sebuah miniatur bunga mawar tersimpan dengan sangat cantik. kelopak bunganya terbuat dari berlian berwarna merah darah, putiknya dari zamrud hijau tua terang, sementara mahkotanya dari moonstone yang berkilauan.

“Itu sangat bagus, sepertinya akan cocok!” Kouta berkomentar sambil mengangguk, lalu matanya kembali berkeliling untuk mencari benda yang lain.

Ryosuke yang tidak begitu mengikuti pembicaraan tersenyum senang setelah menemukan beberapa barang yang menurutnya cantik, lalu dimasukkannya ke dalam kotak kristal bening berukuran sedang. Dimulai dari kotak musik yang terbuat dari batuan mulia jenis aquamarine, hingga perhiasan-perhiasan yang cantik.

“Kouta nii, apakah hadiah untuk kedua ibu kita sudah dikirimkan?” Yuto bertanya pelan setelah mengingat kebiasaan mereka.

“Unn. Sudah. Aku yang mengantarkannya sendiri. Bahkan untuk Tegoshi nii juga. Tinggal kalian saja yang belum kuberi apa-apa!” Kouta tersenyum.

Berbeda dengannya, Yuto adalah putra dari Nino, seperti halnya Shori, Amu, dan juga Fuma yang sepertinya bingung barang apa yang bagus untuk sebuah hadiah.

“Jika sudah selesai, kalian bisa pergi ke kamar kalian masing-masing. Aku sudah mengirimkan hadiah terbaik kalian ke sana!” Kouta mengedipkan sebelah matanya usil pada adik-adiknya sebelum menyambar setangkai mawar bercabang dua yang terbuat dari garnet, zamrud, peridot, dan ameythyst.

***

Fuma baru sadar bahwa dirinya adalah satu-satunya yang belum berhasil menemukan satu hadiah pun setelah semua saudaranya berhamburan ke kamar mereka masing-masing. Dan tidak mungkin meminta pendapat dari mereka disaat seperti ini.

“Jadi apa yang harus aku berikan?” Fuma bertanya entah kepada siapa, tapi kemudian senyumnya terkembang saat matanya menangkap sebuah kilauan yang menurutnya sangat cantik.

Ditariknya benda itu dari ‘reruntuhan’ yang dibuat saudara-saudaranya. Sebuah kalung yang lebih sederhana dari yang lainnya. Terbuat dari emas putih yang dihiasi batu mulia dengan jenis dan warna berbeda di setiap rantai kecilnya, dengan liontin zamrud berbentuk setetes air yang dibingkai emas putih juga.

Fuma memasukkan kalung itu ke sakunya, kemudian mengambil sebuah botol kecil kristal biru bening. Tapi tidak seperti saudaranya yang langsung menuju ke kamar, Fuma justru berjalan ke arah lain. Baru setelah itu, Fuma kembali ke kamarnya, dengan botol kristal itu terisi dengan sebuah cairan berwarna ungu pekat.

 Para penjaga membungkuk hormat saat Fuma datang. Tepat sebelum Fuma memasuki kabar, beberapa dayang keluar dari kamarnya. Mereka semua mengangguk seolah mengerti apa yang akan ditanyakan Fuma.
Begitu pintu raksasa berhiasakan amethyst itu terbuka, Fuma bisa melihat seseorang terbaring di ranjangnya.

-etc-

Next : FumaKen

Tidak ada komentar:

Posting Komentar