Saya kena karma !!! Belum bisa baca? KARMA.
Dari hampir semua groupnya mbah Johnny, Kiss my ft 2 alias mas-mas kisumai adalah yang saya paling ogah. Tapi apa yang terjadi sekarang? Saya keracunan Tama-chan. #Loe kenapa cantik ganteng unyu imut amat sih Tama *Dicuekin Tama > Nangis
En then, saya baca fanficnya MiyaTama. Yang bener aja #Masih kondisi syok
OK! Saya sedang tidak waras.
Rabu, 26 Februari 2014
Diamond part 1
Cast : Seinegt saya deh (-__-") yang pasti ini Yabunoo, fumaken, yamaChii, etc.
Warning : Yaoi with rate M
Suatu masa, sebuah dunia yang tidak bisa diceritakan dengan
kata-kata.
Dunia yang magis, dengan kerajaan-kerajaan superior yang
berperang memperebutkan kerajaan yang lebih lemah, atau bersekutu untuk
menghancurkan yang lain. Dan dalam setiap perjanjian, selalu ada yang menjadi
imbalan, entah sebuah umpan atau sesuatu untuk ditumbalkan.
Dan seperti hal yang
wajar ketika barisan pasukan melintasi jalanan kota bergelar ‘the light’ itu.
Kota berpenampilan indah yang dibangun ratusan tahun dengan darah-darah dan
berbagai pengorbanan. Istana yang berdiri kokoh berwarna biru terang, campuran
safir, torquis dan topaz. Tahta berhiaskan ruby, berlian dan mutiara. Mahkota
zamrud dan kristal-kristal yang bening. Kota dengan jalan bersih dan
lampu-lampu artistik dan rumah-ruah penduduk yang berdiri rapi. Jembatan kokoh
melengkung menyeberangi sungai dan danau. Negara yang cantik dengan hutan-hutan
penuh bunga, sungai berair jernih, ratusan air terjun yang indah, juga gunung
dan danau yang cantik.
Negara yang indah dengan kekuatan militer luar biasa kuat.
Ratusan kerajaan kecil takhluk dalam lima tahun ini. Raja yang telah berkuasa
selama dua puluh lima tahun mengirimkan para pangeran untuk memimpin pasukan
dan menguasai wilayah lain. Menemukan wilayah baru, menguasainya, juga
tawanan-tawanan dan budak-budak untuk melengkapi kerajaan. Sebuah wajah lain di
balik kerajaan raksasa yang indah.
Raja dan keluarganya tinggal di istana utama. Ribuan
pengawal berjaga setiap harinya, puluhan ribu pelayan dan dayang-dayang
menyiapkan semua kebutuhan istana. Pemain musik dan juga penari menjadi hiburan
setiap hari. Raja yang dikenal sebagai seorang jenius, juga panglima yang
sangat kuat mendatangkan bunga-bunga, buah-buahan segar, juga
perhiasan-perhiasan dan kain-kain yang cantik untuk permaisuri dan para
selirnya.
Jun. Raja kerajaan Timur telah memiliki permaisuri saat
berusia lima tahun. Nino, permaisurinya terkenal sangat cerdik dengan wajah
yang sangat manis, tapi sebagai permaisuri, Nino memiliki racun yang sangat
mematikan: kata-katanya. Selain permaisuri, ratusan selir juga hidup di istana.
Anak-anak raja dari negara yang ditakhlukkan atau sejenis ‘pajak’ perjanjian
dengan negara sekutu.
Dan pasukan yang baru saja kembali menuju istana adalah
sepersepuluh dari total pasukan milik
salah satu pangeran. Putra raja Jun dari selir kesayangannya yang dipanggil
Kame, Kouta. Kabar takhluknya kerajaan FullMoon yang telah diimpi-impikan oleh
raja Jun akhirnya terlaksana setelah Kouta meminpin pasukan menyerang FullMoon
yang telah dikepung dan diserang habis-habisan selama lima tahun.
Jun dan Nino menyambut kedatangan putranya dengan wajah
sumpringah. Keberhasilan Kouta bukan hanya menakhlukkan kerajaan yang penuh
dengan batu mulia, tapi juga berhasil membuat kerajaan-kerajaan yang lain lebih
berhati-hati pada kerajaan mereka.
“Luar biasa, setelah lima tahun kita menggempur mereka,
akhirnya kita menguasai FullMoon!” Nino menepuk bahu Kouta yang sudah
dibesarkannya semenjak kecil.
Kouta hanya tersenyum bangga.
“Ayah, sebagai hadiah untuk keberhasilanku, bisakah tawanan
dari istana FulMoon menjadi hakku?” Kouta bertanya dengan penih harap pada
ayahnya.
Jun hanya tertawa dan mengangguk, menyetujui permintaan
Kouta. “Tapi, jangan lupa berbagi dengan saudara-saudaramu!” Nasihatnya sebelum
membiarkan Kouta menemui ibu kandungnya, Kame.
***
Kouta yang terlihat seperti monster di medang perang,
berubah manja saat berada di bagian bawah istana. Salah satu tempat rahasia
yang tertutup dan sangat dilindungi oleh Jun.
Tempat Jun menyimpan Kame, selir kesayangannya yang dimilikinya setelah
menakhlukkan kerajaan dimana ayah Kame adalah raja saat itu. Dan raja FullMoon
yang sekarang, adalah kekasih Kame yang seharusnya menjuadi suaminya jika Jun
tidak menyerang dan membunuh ayah serta saudara-saudara Kame bertahun-tahun
lalu karena tertarik padanya.
“Haruskah kamu menjadi panglima?” Kame mengelus rambut
putranya, bertanya dengan halus.
“Itu sebuah kehormatan untukku ibu. Kita harus menjadi lebih
kuat lagi!”Kouta menjawab dengan serius, membuat Kame enggan untuk bertanya
lagi. Fikirannya sudah cukup terbagi, anak pertamanya, Tegoshi dipersiapkan
untuk perjanjian persekutuan dengan kerajaan tetangga mereka, sementara
anak-anaknya yang lain bergantian pergi ke medan perang atau meminpin
penyerangan.
***
Kouta menemui adik-adiknya di aula para pangeran setelah
menyerahkan berbagai hadiah untuk kakaknya, Tegoshi. Ini menjadi kebiasaan setelah
mereka menakhlukkan sebuah kerajaan. Para pangeran itu menyebutnya sebagai
‘pembagian hasil’.
Pembagian kali ini menjadi begitu istimewa karena yang akan
mereka bagi adalah anak-anak raja FullMoon yang sangat terkenal dengan
kecantikannya. Dan Kouta tidak memiliki keegoisan yang cukup untuk memiliki
mereka sendiri.
“Jadi, dimana bagianku?”Hikaru bertanya penuh semangat.
“Tenang saja, semua akan dibagi rata. Tapi tentunya aku
mendapat sedikit lebih banyak!”Kouta hanya tersenyum senang sambil memilah beberapa
barang yang terhampar di meja. Tumpukan batu mulia, emas, perak, perhiasan yang
cantik, hingga lebih mirip gundukan harta karun.
“Jadi, Kouta nii akan membagi anak-anak raja FullMoon itu
juga?” Shori, adik Kouta yang berbeda ibu bertanya penuh antusias.
Kouta hanya menjawabnya dengan anggukan.
“Kalian semua akan mendapatkan bagian yang bagus, jadi
sebaiknya carilah hadiah yang bagus juga untuk mereka!” Kouta memberi
nasihat-jika bisa disebut nasihat- sambil menunjukkan sebuah kalung dengan
liontin berbentuk kristal es yang terbuat dari batu safir dan ruby yang
berkilau. “Seperti hadiah kecil ini misalnya!” Kouta memberikan contoh.
“Kouta nii selalu menemukan barang bagus!”Amu memuji sambil
memanyunkan bibirnya. Tapi kemudian segera beranjak mengobrak abrik benda-benda
di atas meja untuk mencari sesuatu yang kiranya bagus di matanya. Dan sesuatu
itu haruslah “cantik”.
“Apa ini barang yang cukup bagus?” Yuya menunjukkan sebuah
kotak segenggaman tangannya yang terbuat dari emas, dengan hiasan kristal warna-warni
dan berlian beraneka bentuk. Di dalamnya, sebuah miniatur bunga mawar tersimpan
dengan sangat cantik. kelopak bunganya terbuat dari berlian berwarna merah
darah, putiknya dari zamrud hijau tua terang, sementara mahkotanya dari
moonstone yang berkilauan.
“Itu sangat bagus, sepertinya akan cocok!” Kouta berkomentar
sambil mengangguk, lalu matanya kembali berkeliling untuk mencari benda yang
lain.
Ryosuke yang tidak begitu mengikuti pembicaraan tersenyum
senang setelah menemukan beberapa barang yang menurutnya cantik, lalu
dimasukkannya ke dalam kotak kristal bening berukuran sedang. Dimulai dari
kotak musik yang terbuat dari batuan mulia jenis aquamarine, hingga
perhiasan-perhiasan yang cantik.
“Kouta nii, apakah hadiah untuk kedua ibu kita sudah dikirimkan?”
Yuto bertanya pelan setelah mengingat kebiasaan mereka.
“Unn. Sudah. Aku yang mengantarkannya sendiri. Bahkan untuk
Tegoshi nii juga. Tinggal kalian saja yang belum kuberi apa-apa!” Kouta
tersenyum.
Berbeda dengannya, Yuto adalah putra dari Nino, seperti
halnya Shori, Amu, dan juga Fuma yang sepertinya bingung barang apa yang bagus
untuk sebuah hadiah.
“Jika sudah selesai, kalian bisa pergi ke kamar kalian
masing-masing. Aku sudah mengirimkan hadiah terbaik kalian ke sana!” Kouta
mengedipkan sebelah matanya usil pada adik-adiknya sebelum menyambar setangkai
mawar bercabang dua yang terbuat dari garnet, zamrud, peridot, dan ameythyst.
***
Fuma baru sadar bahwa dirinya adalah satu-satunya yang belum
berhasil menemukan satu hadiah pun setelah semua saudaranya berhamburan ke
kamar mereka masing-masing. Dan tidak mungkin meminta pendapat dari mereka
disaat seperti ini.
“Jadi apa yang harus aku berikan?” Fuma bertanya entah
kepada siapa, tapi kemudian senyumnya terkembang saat matanya menangkap sebuah
kilauan yang menurutnya sangat cantik.
Ditariknya benda itu dari ‘reruntuhan’ yang dibuat
saudara-saudaranya. Sebuah kalung yang lebih sederhana dari yang lainnya.
Terbuat dari emas putih yang dihiasi batu mulia dengan jenis dan warna berbeda
di setiap rantai kecilnya, dengan liontin zamrud berbentuk setetes air yang
dibingkai emas putih juga.
Fuma memasukkan kalung itu ke sakunya, kemudian mengambil
sebuah botol kecil kristal biru bening. Tapi tidak seperti saudaranya yang
langsung menuju ke kamar, Fuma justru berjalan ke arah lain. Baru setelah itu,
Fuma kembali ke kamarnya, dengan botol kristal itu terisi dengan sebuah cairan
berwarna ungu pekat.
Para penjaga
membungkuk hormat saat Fuma datang. Tepat sebelum Fuma memasuki kabar, beberapa
dayang keluar dari kamarnya. Mereka semua mengangguk seolah mengerti apa yang
akan ditanyakan Fuma.
Begitu pintu raksasa berhiasakan amethyst itu terbuka, Fuma
bisa melihat seseorang terbaring di ranjangnya.
-etc-
Next : FumaKen
Rabu, 12 Februari 2014
Curhat aja : Temen cowok kakakku cantik baget!!!!
Kemarin itu (ceritanya saya lagi bercerita gitu....) kan habis pergi sama kakak-kakak tercinta saya yang kadang pada nyebelin. Kita pergi keliling-keliling nggak jelas. Kata kakak sih nyari tempat yang asik buat refresing. Saya setuju banget dong, dapat liburan ngratis saat lagi sebel-sebelnya.
Kita berangkatnya hari senin pagi. Anehnya, kan biasanya kakak ke dua saya yang kebagian jadi sopir, eh, ternyata ini nggak. Dia ngilang gitu aja sejam sebelum berangkat, katanya sih ntar ketemu di mana gitu saya lupa. Jadilah kita berempat sibuk saling tunju siapa yang bakalan jadi sopir sukarelawan.
Kakak sulung saya jelas ogah, orang dia aja udah niat nggak ikut. Katanya mending kerja yang bener daripada jalan-jalan nggak jelas tujuannya gitu. Kakak ketiga saya dengan santainya bilang : "Kan lu yang udah kerja beneran, kita sih masih hidup sambil nadahin tangan tanpa sungkan!" Dan kata-kata itu hebatnya saya setujui, hahahaha ^_^.
Setelah berdebat panjang banget, akhirnya kita mutusin kalo kakak tercinta saya, my twin, my honey bunny yang hobby ngambek yang dipaksa buat jadi sopir. Dan dia ho'oh aja daripada jatah uang sakunya dipotong sama kakak.
Well, bukan itu yang mau saya ceritain, tapi temen kakak kedua saya.
Dulu saya pernah ngoceh tentang cowok cantik atau apa lah yang sejenisnya kan, nah, sekarang saya nemuin sesuatu yang baru. Cowok cantik yang ada di depan mata saya!
Jadi, kakak kedua saya itu pergi duluan buat ngejemput temennya. Yah, temen kerja gitulah. Kata my twin, dia itu pinter desain gitu, trus hobby fotografi, jadinya kan kompakan tuh sama kakak saya. Nah, karena kakak kedua saya itu habis putus sama pacarnya, saya kira kan kita mau dikenalin sama calon kakak ipar yang baru, jadi wajar dong kalo saya mikirnya temen kakak saya itu cewek.
Ternyata, waktu kita ketemu di satu daerah yang namanya Tulungagung, saya langsung bilang sama my twin saat lihat kakak saya sama temennya itu.
"Za, si mbaknya cantiknya. Cantikan ini dari pada mbak x (mantan kakak saya), udah gitu tinggi lagi!" Saya bisik-bisik gitu sama my twin.
"Ho-oh, tapi kaya tomboy banget ya Hya. Trus bentuk badannya nggak kaya cewek!" My twin ikutan bisik-bisik.
Ye... itu mah otak dia aja. Pikir saya gitu.
And then, yang bikin saya sama my twin ngesyok, ternyata itu bukan mbak-mbak tapi mas-mas.
Please tamparin saya biar saddddaaaaarrrr!!!!
Udah, sekian cerita liburan nggak bener saya karena nyeret my twin yang harusnya kuliah!
NB:
Ga, kalo suatu saat kamu nemuin blog nista adik cewek kamu satu-satunya ini, jawab saya dengan jujur! Kamu nggak ada apa-apa sama mbah -eh- mas x itu kan? (-__-')
Kita berangkatnya hari senin pagi. Anehnya, kan biasanya kakak ke dua saya yang kebagian jadi sopir, eh, ternyata ini nggak. Dia ngilang gitu aja sejam sebelum berangkat, katanya sih ntar ketemu di mana gitu saya lupa. Jadilah kita berempat sibuk saling tunju siapa yang bakalan jadi sopir sukarelawan.
Kakak sulung saya jelas ogah, orang dia aja udah niat nggak ikut. Katanya mending kerja yang bener daripada jalan-jalan nggak jelas tujuannya gitu. Kakak ketiga saya dengan santainya bilang : "Kan lu yang udah kerja beneran, kita sih masih hidup sambil nadahin tangan tanpa sungkan!" Dan kata-kata itu hebatnya saya setujui, hahahaha ^_^.
Setelah berdebat panjang banget, akhirnya kita mutusin kalo kakak tercinta saya, my twin, my honey bunny yang hobby ngambek yang dipaksa buat jadi sopir. Dan dia ho'oh aja daripada jatah uang sakunya dipotong sama kakak.
Well, bukan itu yang mau saya ceritain, tapi temen kakak kedua saya.
Dulu saya pernah ngoceh tentang cowok cantik atau apa lah yang sejenisnya kan, nah, sekarang saya nemuin sesuatu yang baru. Cowok cantik yang ada di depan mata saya!
Jadi, kakak kedua saya itu pergi duluan buat ngejemput temennya. Yah, temen kerja gitulah. Kata my twin, dia itu pinter desain gitu, trus hobby fotografi, jadinya kan kompakan tuh sama kakak saya. Nah, karena kakak kedua saya itu habis putus sama pacarnya, saya kira kan kita mau dikenalin sama calon kakak ipar yang baru, jadi wajar dong kalo saya mikirnya temen kakak saya itu cewek.
Ternyata, waktu kita ketemu di satu daerah yang namanya Tulungagung, saya langsung bilang sama my twin saat lihat kakak saya sama temennya itu.
"Za, si mbaknya cantiknya. Cantikan ini dari pada mbak x (mantan kakak saya), udah gitu tinggi lagi!" Saya bisik-bisik gitu sama my twin.
"Ho-oh, tapi kaya tomboy banget ya Hya. Trus bentuk badannya nggak kaya cewek!" My twin ikutan bisik-bisik.
Ye... itu mah otak dia aja. Pikir saya gitu.
And then, yang bikin saya sama my twin ngesyok, ternyata itu bukan mbak-mbak tapi mas-mas.
Please tamparin saya biar saddddaaaaarrrr!!!!
Udah, sekian cerita liburan nggak bener saya karena nyeret my twin yang harusnya kuliah!
NB:
Ga, kalo suatu saat kamu nemuin blog nista adik cewek kamu satu-satunya ini, jawab saya dengan jujur! Kamu nggak ada apa-apa sama mbah -eh- mas x itu kan? (-__-')
PURPLE FLOWER
-PURPLE
FLOWER-
Cast
: Hey!Say!BEST
Genre
: Angst (Mungkin ?)
Summary:
Ketika aku masih memilikimu, aku ragu untuk membawamu berjalan bersamaku.
Hingga saatnya kamu meyakini bahwa kamu tidak mungkin bersamaku, dan kamu harus
melangkahkan kakimu dalam perjalanan yang lain. Saat itu, aku hanya mampu
menjagamu dari jauh. Jika bisa, raihlah tanganku saat kamu akan terjatuh, kali
ini, aku pasti akan menggenggam tanganmu lebih erat.
Perjalanan
yang menjadi begitu berat
dengan
nafas yang sesak
langkah
tertatih dengan kaki penuh luka berdarah
kamu
berjalan jauh di depan sana
tidak
menoleh ke belakang
menyisakan
punggung bergetarmu untuk kutatap dari kejauhan
tanganku
ini, tidak mungkin sampai padamu
saat
butiran bening itu jatuh dari matamu yang teduh.
tidak
apa-apa
aku
akan baik-baik saja dengan semua luka
tapi
kamu,
tetaplah
melangkahkan kakimu ke cahaya di depan sana
agar
aku bisa melihat terang juga.
Kita tidak akan mungkin bersama.
Aku tau kamu berfikir seperti
itu. Meyakininya. Menyakiti dirimu sendiri. Aku tidak pernah apa-apa dengan
lukaku, tapi aku akan sangat meresahkan lukamu. Karena kamu adalah
indera-inderaku. Aku akan merasakan rasa sakit yang menjalar dalam syarafmu.
Jalan-jalan berlubang menghambat
sebuah perjalanan. Dan aku tidak pernah mengerti mengapa kita menjadi seperti
ini. Aku tau hidup adalah sebuah pilihan, tapi bukankah kita tidak pernah
memilih terlahir seperti ini.
Haruskah aku menggugat sesuatu yang disebut
takdir?
Perjalan kita bukan sehari dua
hari. Kisah yang kita tulis bukan hanya selembar dua lembar.
Kita telah bersama lebih dari
yang mata-mata itu melihat. Kita telah bersama lebih dari apa yang
telinga-telinga itu mampu mendengar. Tangan kita telah bertautan jauh sebelum
kita harus melepaskannya.
Tidak pernah sedikit pun aku
merasa lelah berjalan bersamamu. Tidak pernah sedikit pun aku merasa bosan saat
bersamamu. Mendengarkan suaramu, melihat senyum dan tawamu, menemanimu
menangis, menggenggam jemarimu, membisikkan kata-kata manis untukmu, memelukmu.
Semua kulakukan dengan sepenuh hatiku.
Aku dan kamu telah menjadi kita
semenjak garis takdir mempertemukan untuk kali pertama. Cinta itu memang tidak
terlahir dari sapaan pertama, tapi perjalanan waktu menumbuhkannya menjadi
pohon raksasa dengan bunga yang berwarna-warni. Akar yang telah menyatu dengan
hati, itu semua tidak akan bisa dicabut dengan tangan manusia. Nama yang telah
terukir di puncak karang tidak akan udah dihapus oleh angin.
Tapi jalan itu terlalu berliku.
Berat yang membebani hatimu juga
ingin kupikul agar kamu bisa berjalan dengan tenang di sampingku. Tapi kamu
sama sekali tidak membiarkan dirimu berbagi meski hanya untuk beberapa pons
dari berjuta ton yang kamu tanggung.
Di saat kamu terluka, aku ingin
menjadi orang yang mampu mengobatinya. Di saat kamu menangis, aku ingin menjadi
orang pertama yang menenangkanmu. Aku ingin menjadi tempatmu menyandarkan
hatimu.
Tapi kita tidak bisa pergi kemana
pun. Terlalu banyak noda-noda hitam yang membuat peta perjalan kita menjadi
tidak terbaca. Akan menjadi sangat sulit bagiku untuk membawamu ke jalan dengan
akhir yang bahagia.
Senyumanmu itu, aku ingin
melihatnya. Tapi jika denganku, yang sangat mungkin adalah air mata yang
mengalir di pipimu. Semua itu mengaburkan pandanganku.
Jurang dalam, dinding menjulang,
dan samudera api yang membentang di depan sana membuatku tidak mungkin
membawamu melangkah bersamaku. Begitu pun yang ada dalam fikiranmu. Jalan
buntu, jembatan yang terputus, dan melodi menyayat hati membuatmu tidak mungkin
melangkah lebih jauh untuk meraih kembali tanganku yang terpaksa harus kamu
lepaskan.
Aku tidak tau bagaimana, tapi aku
ingin kamu ada bersamaku. Hanya saja, saat aku sadar bahwa aku yakin bisa
membawamu menyeberangi jurang tanpa jembatan itu, kamu sudah tidak lagi
menggenggam tanganku.
Bagaimana aku bisa menjadi begitu
lemah di saat aku seharusnya menjadi yang paling kuat untuk menjagamu.
Melindungimu dari semua tatapan itu, dari semua perkataan itu. Bukankah,
tatapan akan berakhir saat mata tertutup, bukankah perkataan akan berlalu
seiring jarak yang melemparkannya kepada kehampaan? Aku sama sekali tidak
mengerti.
***
Bunga-bunga
ungu berguguran dari tangkai-tangkai yang kering
pada
angin yang membawanya ke telapak tanganmu
aku
berkisah
mendongengkan
sepasang tangan yang bertautan dalam tahun-tahun pangjang melelahkan
hingga
kita terpaksa harus melepaskannya ...
Biarkan
seperti itu,
karena
apa pun itu aku tetap menyimpanmu dalam hatiku.
Es berbentuk hati dengan sebutir
ceri di dalamnya itu mulai mencair perlahan. Lelahannya menyatu dengan lemon
ice yang semakin mendingin, membuat butiran air menjadi corak buram di gelas
yang semula bening.
“tidakkah kamu berfikir untuk
menemuinya? Mungkin saja dia merindukanmu?” Hikaru memulai perbincangan kami
yang mulai kembali membak setelah episode canggung entah berapa lama.
“Tidak apa-apa. Jika aku
menemuinya, kami harus memulai semuanya dari awal lagi. Dia dengan luka yang
begitu dalam karena kami tidak mungkin bersama, dan aku dengan penyesalan
seumur hidupku atas rasa sakit yang ditanggungnya!” Jawabku setelah menyesap
sedikit lemon ice dengan sedotan yang dihiasi potongan lemon.
Ah, dulu aku beberapa kali mampir
di kafe bernuansa hijau dan kuning ini bersama seseorang yang kini bahkan untuk
menyebut namanya pun menjadi begitu menyesakkan.
“Ah, haruskah aku menyeretmu ke
sana? Atau aku harus membiarkanmu mati mengenaskan seperti ini?” Hikaru mulai
kesal dengan tingkahku.
Tentu. Dia sahabat terbaikku.
lebih dari sepuluh tahun bersama. Dia tahu hampir seluruhnya tentangku. Bahkan,
aku-Hikaru-dia seringkali bersama sehingga terkadang kami saling cemburu.
Ku pandangi pernak-pernik
berbentuk buah-buahan yang menghiasi dinding kafe ini. Hikaru terlihat ingin
menyampaikan sesuatu tapi ragu. entah apa, tapi aku bisa membaca itu tentang
apa.
“Kou, apakah kamu benar-benar
tidak apa-apa?” Hikaru bertanya dengan nada cemas.
Hikaru. Bahkan tanpa kamu harus
bertanya, kamu tau bahkan aku sama sekali tidak baik-baik saja. Kamu bahkan
bisa melihat luka yang begitu menganga, mengatakan padamu betapa kerasnya aku
mencoba untuk baik-baik saja tapi tidak bisa.
Aku menyesal tidak menggenggam
tangannya lebih erat. Aku menyesal tidak bisa membuatnya yakin bahwa kami bisa
bersama. Aku menyesal membuatnya harus bersama orang lain.
Itu semua membuatnya sakit.
Dan aku sakit juga.
Sangat sakit.
Tanpa sadar aku mulai mengalirkan
air mata tanpa bisa bersuara.
“Kou, hari ini Kei menikah!”
Hikaru mengela nafasnya setelah mengucapkan kalimat mengerikan itu dengan nafas
tertahan.
Aku tau.
Aku tau.
Dia sendiri yang memberi tahuku.
Bahkan mengundangku meski dengan air mata yang bercucuran. Tapi aku tidak
mungkin berlari ke arahnya di saat dia bersama dengan orang yang menjadi
keputusannya setelah kami berpisah.
Karena aku tidak sanggup
mempertahankannya yang begitu berharga.
***
Di
depan sana itu jalan untuk kita yang penuh dengan ketakutan dan kekhawatiran
untukmu
yang berharga
kulepaskan
tautan tangan kita
untukmu
berjalan tanpa perasaan resah
bukan
untuk melepaskan cintaku padamu.
Tidak
apa-apa
biarkan
seperti itu
nantinya
kamu akan mengerti
kita
tidak bisa berada di satu rel yang sama.
Perjalan kita berakhir di
persimpangan ini. Sebuah pertigaan dimana kamu harus memilih untuk
meninggalkanku demi semua yang mencintaimu.
Jalanmu yang ada setelah ini,
adalah jalan yang lebih cemerlang, dengan gemerlapan cahaya dari bintang-bintang
paling terang. Dan aku, akan tetap melihatmu dengan sepenuh kekaguman, berlari
ke arahmu lebih cepat dari siapa pun saat kamu terjatuh.
Tidak apa-apa. Sungguh. Kita
tidak akan apa-apa.
Janji yang terucap dari bibirmu
yang bergetar, aku mendengarnya seperti lagu kesedihan yang pernah kita
nyanyikan. Tapi setelah ini, kamu tidak akan takut berjalan ke luar sana. Kamu
tidak perlu khawatir akan melukai orang-orang yang mencintaimu. Kamu bisa
berjalan dengan menegakkan wajahmu, menggenggam tangan dia yang sekarang berada
di sampingmu.
Tidak apa-apa. Dia yang sekarang
mendampingi perjalanmu akan menjagamu lebih abik dariku. Memberimu tatapan
seperti yang hari ini diberikannya padamu. Kalian berdua indah bersama. Ketika
nanti kalian berjalan bergandengan tangan, semua akan menatap penuh kekaguman,
bukan tatapan penuh kecurigaan saat kita berjalan bersama dengan bergandengan
tangan.
“Yabu kun, apakah tidak apa-apa?”
Daiki memandangku dengan tatapan mata besar indahnya. Seolah meyakinkan dirinya
sendiri bahwa aku baik-baik saja.
Aku hanya tersenyum padanya,
lantas kembali memandangmu yang sedang mencoba tersenyum di depan sana.
“Dia akan baik-baik saja!” Yuya
menjawab pertanyaan Daiki tanpa melihatku. Entah, maksudnya kamu atau aku yang
akan baik-baik saja.
Tidak apa-apa jika seperti ini
kan?
Tidak apa-apa jika aku hanya
memandang dan menjagamu dari jauh kan, Kei?
Angin yang bergerak mengelus
perjalanan kita seolah mengatakan padaku bahwa inilah jembatan yang seharusnya
kamu lewati. Jika begitu, maka aku tidak akan apa-apa.
Bersandarlah
padaku
genggamlah
tangannya
aku
akan berjalan ke depan juga
agar
ketika nanti senja datang menyapa kita
dengan
bunga-bunga ungu yang bertebaran mengelilingi langit
aku
bisa menyapamu dengan perasaan lega.
_END_
***
_Aku berjalan pada
malam-malam saat purnama
di atas sana, tiba-tiba
gerhana memperlihatkan bentuk sabit yang cemerlang
cahayanya mengatakan padaku
untuk mengikuti kunang-kunang
menuju sebuah jembatan yang
koyak
membentang jauh dari sisiku
ke sisimu
lalu aku bertanya pada
diriku:
bisakah aku berjalan ke
sisimu?
Kamu mengerti isyarat
perasaanku
jika aku berjalan ke
sisimu, kita akan jatuh bersama-sama ke dasar yang entah seberapa jauhnya
untukmu yang tercinta
tidak apa-apa
sebentar saja aku
melepaskan tanganku darimu
kamu yang tercinta akan
menemukan hati yang bersih untuk kamu tinggali.
Untuk kamu yang berharga,
tidak apa-apa._
Sebenarnya mau dipost 31 Desember kemarin, tapi berhubung skripsi yang ngejar dari balik pintu kamar saya, akhirnya baru dipost sekarang.
Langganan:
Postingan (Atom)