Sabtu, 12 Juli 2014
Live action GRASSHOPER, Yamada Ryosuke's Silver Hair
(-_-) Jadi ... berhubung saya tidak memiliki itikat untuk menulis dengan baik dan benar *kalo gitu harusnya nggak usah nulis ya ???* Tapi saya cukup melotot dengan warana rambut itu, so, saya menulis ini saja.
Beberapa hari lalu, seperti yang diberitakan, teman dari pacar saya tercinta *Dlempar Chii ke laut* yang dulu memerankan karakter Amakusa Ryu di DDS dan barusan aja kelar syuting Kindaichi Neo, Yamada Ryosuke akan berperan dalam sebuah movie yang judulnya Grasshoper *Kalo nggak salah, dan saya nggak tau apa hubungannya dengan belalang (?)*.
Dalam movie itu, pemeran utamanya adalah Ikuta Toma, senpainya Yamachan juga sih. Nggak terlalu heboh sih saya, yang justru bikin heboh tuh rambut dia sekarang yang jadi silver gitu. Barusan juga Yuto rambutnya blonde, sekarang Yamachan. But, bagaimana pun itu, tetap bagus kok.
Kira-kira seperti itu gambar yang bertebaran di sosmed hari ini *Atau jangan-jangan kemarin ?* Ini anak jadi kelihatan cantik yaaa @_@.
Ok, seperti itulah untuk hari ini ^_^
Jumat, 04 Juli 2014
UKE cantik ^_^
Hari ini saya akan menulis tentang apa ya? Ah, sebenarnya saya tidak benar-benar memiliki topik. Sekarang sedang bulan puasa ^_^ *Nggak ada hubungannya kalia Mina*
Ah, ok. Saya curhat aja lah. Jadi, em.... apa ya, saya itu kan .... *mulai bingung* Lupakan deh!
Pertama, setelah memperhatikan bulan-bulan terakhir ini, Chii kayanya gemukan * Fakta nggak penting.
Saya makin suka lihat Kyomocchan *Taiga langsung kabur*
Sedang tergila-gila sama Abe Aran.
Dan akhirnya saya nemu bahasan untuk malam ini. UKE.
Nah loh, saya pernah bahas ini juga, uke-uke. Hehehehehe. Apa itu uke? Wikipedia dan Google siap menjawab pertanyaan anda *dicekek.
Kalo kemarin-kemarin saya males upload gambar, kali ini saya akan upload deh.
Ini uke-uke favorit saya .....
Yang saya bahas pertama adalah .... derengtengtengteng, Inoo Kei.
Queen Inoo and his husband Yabu Kota. Wkwkwkwkwkwkwk.
Ini orang cantik banget. Lihat wajahnya tuh berasa kalem begitu. Dengan jemari lentik yang bikin cewek-cewek berasa iri banget, sentuhannya sepertinya menggoda iman.
Hehehehehe. Lainnya nanti lagi yaa ;)
Ah, ok. Saya curhat aja lah. Jadi, em.... apa ya, saya itu kan .... *mulai bingung* Lupakan deh!
Pertama, setelah memperhatikan bulan-bulan terakhir ini, Chii kayanya gemukan * Fakta nggak penting.
Saya makin suka lihat Kyomocchan *Taiga langsung kabur*
Sedang tergila-gila sama Abe Aran.
Dan akhirnya saya nemu bahasan untuk malam ini. UKE.
Nah loh, saya pernah bahas ini juga, uke-uke. Hehehehehe. Apa itu uke? Wikipedia dan Google siap menjawab pertanyaan anda *dicekek.
Kalo kemarin-kemarin saya males upload gambar, kali ini saya akan upload deh.
Ini uke-uke favorit saya .....
Yang saya bahas pertama adalah .... derengtengtengteng, Inoo Kei.
Queen Inoo and his husband Yabu Kota. Wkwkwkwkwkwkwk.
Ini orang cantik banget. Lihat wajahnya tuh berasa kalem begitu. Dengan jemari lentik yang bikin cewek-cewek berasa iri banget, sentuhannya sepertinya menggoda iman.
Hehehehehe. Lainnya nanti lagi yaa ;)
Kamis, 03 Juli 2014
YAOI pair Favorit saya Part 2
Saya sudah pernah post mengena topik yang sama, dan kali ini anggaplah sebagai part 2 nya. Sebelumnya, mungkin lebih fokus ke pair dalam Johnny's ya, tapi kalo yang ini lebih luas. Nggak terbatas sekedar para idol Jepang, tapi negara tetangganya juga. Anime juga. Pokoknya begitulah.
Ini link ntuk part 1 nya yaaa ^_^
Part 1
AOI-URUHA
Keduanya gitaris the GazzetE. Saya pernah bahas sedikit tentang Uruha karena menurut saya dia itu ... uruha.
FUMA-KAMUI
Ini dari manga X 1999 dari CLAMP. Bagus banget ceritanya. Hubungan mereka seperti sahabat masa kecil yang saling terikat dan tidak bisa saling menghindar. Mengharukan banget. Ini adalah pair fav saya dalam dunia anime atau pun manga. Saya benar-benar tidak bisa menghindar. Hubungan langit dan bumi yang rumit.
2MIN
Ini dari boyband Korea yang namanya SHINee. Minho yang ganteng tinggi menjulang dan Taemin, anggota termuda yang cute sekaligus cantik. Saya tidak begitu tertarik menulis sendiri ff tentang mereka, tapi ada beberapa ff yang memasangkan keduanya dan saya menyukainya.
MINKYU
Ini juga dari boyband Korea. Saya bahkan nggak tau kaya apa mereka, tapi saya hampir selalu menyukai ff tentang mereka. Mereka ini beda grup gitu ya, tapi dari agensi yang sama. Satunya dari TVXQ satunya dari Super Junior, dan sama-sama yang paling muda katanya. Dulu di TVXQ atau saya lebih mengenalinya sebagai Tohoshinki, ada Jejung, cantik. Di Super Junior, ada Heechul. Cantik. Mereka masuk list cowok cantik versi saya.
WONKYU
Kasusnya sama seperti MinKyu, saya menyukai pair ini karena fanfiction. Siwon dan Kyuhyunnya Super Junior. Sekarang saya penasaran bagaimana nama Kyuhyun itu dibaca, apakah Kyu-hyun atau bagaimana?
Yah sementara itulah. Seperti sebelumnya, saya tidak benar-benar mengenali mereka kecuali Fuma Monou dan Kamui Shirou, jadi pict lebih valid jika dicari di sumber lain ^_^
Ini link ntuk part 1 nya yaaa ^_^
Part 1
AOI-URUHA
Keduanya gitaris the GazzetE. Saya pernah bahas sedikit tentang Uruha karena menurut saya dia itu ... uruha.
FUMA-KAMUI
Ini dari manga X 1999 dari CLAMP. Bagus banget ceritanya. Hubungan mereka seperti sahabat masa kecil yang saling terikat dan tidak bisa saling menghindar. Mengharukan banget. Ini adalah pair fav saya dalam dunia anime atau pun manga. Saya benar-benar tidak bisa menghindar. Hubungan langit dan bumi yang rumit.
2MIN
Ini dari boyband Korea yang namanya SHINee. Minho yang ganteng tinggi menjulang dan Taemin, anggota termuda yang cute sekaligus cantik. Saya tidak begitu tertarik menulis sendiri ff tentang mereka, tapi ada beberapa ff yang memasangkan keduanya dan saya menyukainya.
MINKYU
Ini juga dari boyband Korea. Saya bahkan nggak tau kaya apa mereka, tapi saya hampir selalu menyukai ff tentang mereka. Mereka ini beda grup gitu ya, tapi dari agensi yang sama. Satunya dari TVXQ satunya dari Super Junior, dan sama-sama yang paling muda katanya. Dulu di TVXQ atau saya lebih mengenalinya sebagai Tohoshinki, ada Jejung, cantik. Di Super Junior, ada Heechul. Cantik. Mereka masuk list cowok cantik versi saya.
WONKYU
Kasusnya sama seperti MinKyu, saya menyukai pair ini karena fanfiction. Siwon dan Kyuhyunnya Super Junior. Sekarang saya penasaran bagaimana nama Kyuhyun itu dibaca, apakah Kyu-hyun atau bagaimana?
Yah sementara itulah. Seperti sebelumnya, saya tidak benar-benar mengenali mereka kecuali Fuma Monou dan Kamui Shirou, jadi pict lebih valid jika dicari di sumber lain ^_^
HIME (fuul ver.)
HIME
Amu/Reia,
Jinguji/Reia, Fuu/Reia, dll.
Tentang Amu yang
sebenarnya adalah tunangan Reia. Tentang Reia yang diam-diam menyukai Genki.
Tentang perjuangan nggak kenal Lelah Jinguji,dkk. Dimana Reia adalah sang hime.
Reia hime sama.
***
“jadi, kamu mau mati
pake cara apa hah? Dicekik? Digantung? Dilempar dari puncak gedung? Dijadiin
makanan hiu? Apa dimutilasi sekalian?!!!!” Teriak Reia sambil mengacungkan
ganggang sapu tepat di depan wajah Jinguji yang tetap setia dengan senyum
pantang menyerahnya.
“Nggak perlu segitu
banget deh, Reia sayang. Senyum Reia yang begitu manis sudah membunuhku sejak
pertama melihatnya!” Jinguji meraih ganggang sapu yang diacungkan Reia, lantas
bergerak maju.
“Reia
chaaaaaaannnnn. Fuu yang tampan datangggggg!!!!”
Belum sempat Reia
meloloskan niatnya mencekik Jinguji, Fuu datang dengan seikat mawar merah yang
barusan dipetik dari taman, membuat asap mengepul muncul dari puncak kepala
Reia. Diikuti pertumbuhan ekor dan tanduk iblis. (beneran dicakar-cakar Reia
abis ini!)
Seisi kelas yang
melihat tontonan gratis itu menggeleng bosan, lalu kembali ke aktivitas
masing-masing. Toh, drama romantis ancur-ancuran seperti ini sudah terlalu
sering terjadi. Dan seperti yang sudah ditebak oleh mereka, selanjutnya, Reia
segera bertransformasi ke mode anarkisnya, dan menggebuki Jinguji-Fuu dengan
sapu tanpa ampun hingga siswa tetangga kelas itu lari tunggang langgang entah
kemana.
Setiap hari,
kejadian sejenis ini terulang, dan anarkisme ala anak TK sudah menjadi
keseharian Reia. Dulu sih, para sensei selalu menegur Reia, bahkan nggak
segan-segan ngasih hukuman, tapi sekarang hukum itu udah berhenti total.
Permasalahannya, meskipun Reia dihukum atas ‘keributan’ yang dibuatnya,
termasuk membuat para fansu yang nekat merayunya jadi biru-biru, ungu-ungu,
merah-merah, penyebab keributan itu tetap saja maju setiap harinya. Siapa lagi
kalau bukan para pemuja Reia.
Reia hime sama.
Para pemuja Reia menyebutnya begitu. Dengan kecantikan yang menyihir, senyum
yang memikat, tapi juga kemampuan menyiksa yang hebat. Anehnya, setiap hari,
fansnya justru bertambah bukannya turun.
“Reia chaaannnn!!!”
Tuh kan beneran. baru juga Jinguji dan Fuu diusir, para penggantinya sudah
berbondong-bondong datang.
“Arrrrrrrggggghhhhh!!!!
Menyingkir kalian semua!!!” Reia mengamuk sendiri tanpa peduli teriakannya
membuat seisi kelas menutup telinga, kecuali satu orang.
Yah! Orang itu!
Reia tidak peduli pada Jinguji, fuu atau yang sejenis mereka. Tapi sosok yang
setiap istirahat selalu menatap ke luar jendela, duduk termenung sendirian
seolah menunggu sesuatu atau seseorang lewat di depannya itu. Benar, sosok yang
duduk di seberang sana itu.
Genki.
Reia selalu mencuri
pandang, melirik Genki setiap ada kesempatan. Tapi sepertinya, Genki tidak
tertarik sama sekali.
Reia seringkali berfikir,
apa sih yang menarik sampai Genki selalu memandang ke arah yang sama setiap
harinya.
***
Reia
berguling-guling di atas kasurnya seperti anak kucing yang menemukan kehangatan
di balik selimut. Seragamnya belum juga dilepas, padahal sudah sejak setengah
jam yang lalu Reia berbaring di kasurnya.
Begitu asiknya
hingga tidak menyadari kedatangan mama yang tersenyum geli melihat tingkah Reia
yang begitu menggemaskan.
“Berhentilah
berpura-pura menjadi anak kucing Reia chan, lalu segeralah bersiap, dua jam
lagi sahabat papa akan datang untuk makan malam!” Mama menginterupsi acara
berguling Reia sambil meletakkan sebuah setelan di tumpukan bantal yang disusun
Reia menjadi semacam ..... emmm, menara?
Reia tersenyum
manis pada mama sebelum akhirnya duduk dan memandang setelan yang baru saja
diletakkan mama. Biasanya, saat ada acara penting, mama memang akan mencarikan
setelan khusus untuknya. Apalagi jika ada tamu yang penting, atau Reia yang
harus ikut ke acara-acara orang tuanya. tapi sepertinya kali ini lebih
istimewa.
Dan di sinilah Reia
sekarang, duduk manis diapit papa di kanan dan mama di kiri, berhadapan dengan
sahabat papa, istri cantiknya yang selalu tersenyum pada Reia, dan anak mereka
yang terus memandang Reia dengan tatapan yang membuat Reia ingin bersembunyi
dibalik papa atau mama.
Sebenarnya, Reia
terbiasa bersikap manis di depan tamu-tamu orang tuanya, tapi Reia tidak suka
jika ditatap dengan tatapan yang seolah ingin menelannya bulat-bulat seperti
yang dilakukan anak sahabat papa tu.
“Bagaimana, Reiachan
kami sangat manis kan, Amu kun?” Mama bertanya pada Amu, membuat Amu
mengalihkan sebentar pandangannya dari Reia untuk tersenyum pada mama dan
menganggukkan kepalanya yakin.
“Seperti yang saya
duga, benar-benar cantik. Reia hime!” Amu memberikan komentarnya sambil kembali
menarap Reia, membuat Reia ingin melemparkan ke kutub selatan, atau menguburnya
di dasar laut.
“Ah, baguslah kalau
Amu berpendapat begitu. Kalian terlihat cocok sekali!” Dan kalimat mama Amu
membuat Reia tertohok.
Akhirnya Reia faham
maksud acara makan malam kali ini. Ditatapnya Amu dengan tatapan yang
menggambarkan sebuah tantangan.
***
Brakk!!!
Reia membanting
pintu kamarnya setelah Amu dan keluarganya pulang. Tanpa berfikir lagi, Reia
segera melampiaskan kekesannya dengan mengacak-acak kamarnya. Setelah puas
dengan hasil karyanya, Reia membanting tubuhnya ke kasur dan menangis
sejadi-jadinya di balik selimut.
Papa dan mama yang
masuk setelah mendengar tangisan Reia –yang mungkin bisa didengar tetangga-
hanya menggelengkan kepala. Mereka sih udah faham betul seperti apa anak
tunggal mereka: cantik, mempesona, suka semaunya, sedikit ‘tegaan’, tapi
sebenarnya anak yang penurut. Cukup membiarkan Reia melampiaskan sedikit
kekasalannya sebelum nantinya akan kembali menjadi anak manis.
“Jadi, bagaimana
menurut Reiachan, Amu itu sangat tampan dan menawan kan?” Mama memancing api
setelah Reia menyelesaikan acara menangisnya selama dua jam.
Dengan mata sembab
dan pipi basah, Reia menatap mamanya yang masih bertahan di kamarnya, padahal
papa sudah mengungsi ke lantai bawah untuk menonton pertandingan bola.
“Jelek! Jelek
banget!!” Reia menjawab dengan hati berapi-api. #Siram pake air kembang tujuh
rupa.
***
Reia cemberut
sepanjang hari di sekolah. Setelah acara menangis semalaman yang membuat
matanya sembab, ternyata Reia juga harus menerima kenyataan asin (pahit udah
keseringan!) mendapat hukuman dari sensei karena terlambat. Lebih bagusnya
lagi, Reia dihukum bareng sekelompok fansnya yang dikomandani Jinguji untuk
membersihkan lapangan sekolah.
Bukan membersihkan
lapangan sekolahnya yang bikin Reia kesel setengah mati, tapi ulah Jinguji yang
selalu membuatnya ingin mencakar-cakar wajah tampan yang nggak tau kenapa lebih
sering ngeselin itu. Orang dihukum normalnya kan sebel, tapi Jinguji malah
senenh-seneng aja, plus masih sempat narsis pula.
“Kalau bersama Reia
hime, dikirim ke zaman dinosaurus berdua pun aku nggak keberatan!” Begitu
katanya.
“Pergi aja
sendiri!” Reia sewot sambil nendang kaleng kosong yang sukses membuat polisi
tidur bersantai di jidat Jinguji.
Penderitaan Reia
itu akhirnya di-cut dulu dengan selesainya acara hukum-hukuman itu. Reia yang
masih sebel bahkan nggak berniat menggubris sedikit pun Fuu yang mengajaknya
pergi kencan.
Yang masih sempat
diperhatikannya cuma Genki yang masih dengan posisinya seperti biasa. Duduk
dengan manis di kursinya, menopang dagu dengan salah satu tangannya, lantas
menatap ke luar jendela.
Reia sering
memikirkan itu. Memikirkan alasan Genki selalu menatap berlama-lama ke arah
yang sama. Apa yang menarik perhatian Genki hingga betah melakukan kegiatannya
itu sepanjang yang bisa Reia perhatikan.
Kelas Reia ada di
lantai dua, tepat di ujung. Di sebelah kanan kelas, tepat di tempat Genki biasa
menatap hanyalah salah satu taman tak seberapa luas yang berisi beberapa jenis
bunga dan tanaman hias. Di seberangnya, ada kelas untuk tahun terakhir, juga
beberapa ruangan seperti ruang musik yang sering mereka gunakan.
Apa Genki sedang
memikirkan sesuatu?
Reia meletakkan
kepalanya di meja, mencoba memejamkan mata sebelum sensei berikutnya memasuki
kelas.
Rasanya capek
sekali. Apalagi dengan acara perjodohan yang direncanakan orang tuanya. Reia
sempat berfikir untuk menjadi anak durhaka dengan menolak bertunangan dengan
Amu, tapi kemudian mengurungkan niatnya saat mengingat betapa besar cinta
orangtuanya padanya.
Amu itu, bagi Reia
seperti hama pengganggu. Atau mungkin sejenis makhluk luar angkasa menyebalkan
yang ingin menelannya hidup-hidup. Tapi, sempat kemarin Reia merasa bahwa Amu
adalah orang yang pernah dikenalnya. Tapi Reia tidak ingat. Hanya terasa
seperti sudah saling mengenal saja.
***
Reia ingin sekali
melempar Amu ke planet di galaksi lain saat melihat cowok yang entah bagaimana
disahkan sebagai tunangannya nampang di depan gerbang sekolahnya dengan tanpang
–sok- ganteng dan –sok- kerennya. Tentu
saja tanpa persetujuan Reia.
“Ngapain kamu ke
sini?” Tanya Reia dengan wajah juteknya.
“Tentu saja
menjemput tunanganku, apa lagi?” Amu tersenyum pada Reia yang langsung disambut
rasa mual di perut Reia.
“Kamu fikir aku
nggak punya kaki. Pergi sana!” Usir Reia
“Nggak bisa. Mamamu
memintaku menjemputmu dan membawamu pulang dengan selamat!” Tolak Amu.
Reia belum sempat
membalas penolakan Amu saat tiba-tiba Amu bergerak ke arahnya lantas langsung
mengangkatnya, membawanya dengan paksa dan melemparkan Reia ke jok belakang
mobil.
“Jalan!” Perintah
Amu pada sopirnya yang langsung menyalakan mesin.
“Aaaahhhhhh ....
menyingkir dari hidupku. Aku mau pulang sendiri!” Reia mulai berteriak dan
mengamuk di dalam mobil.
Amu yang duduk di
sampingnya duduk tenang seolah tidak mendengar apa-apa. Bahkan saat Reia
memukuli bahunya, Amu cuma meringis kecil tanpa menanggapi.
“Diam atau ....!”
Amu akhirnya bersuara setelah mobil yang mereka tumpangi melaju cukup cepat
menuju rumah Reia.
“Atau apa, mau
berkelahi denganku!” Tantang Reia.
Amu tersenyum
menyeringai. Degan gerakan cepat, diraihnya pergelangan tangan Reia lalu
menariknya hingga tubuh Reia tertark maju ke arahnya.
“Cup!”
Reia hanya
mengedip-kedipkan matanya kaget saat Amu tiba-tiba menciumnya.
Satu detik.
Dua detik.
Tiga detik.
Satu menit.
“Tidaaaaaaaaaakkkkkkkkkkkkk!!!!”
Jeritan Reia bisa didengar hampir seluruh penghuni kota.
***
Reia menangis
histeris di kamarnya. Apa saja yang berhasil dijangkau tangannya langsung
dilempar atau dibanting.
Rasanya Reia mau
meledak. Makhluk –sok- cakep yang mengaku sebagai tunangannya yang menyebalkan
itu dengan seenak hidungnya mengambil ciuman pertamanya yang berharga. Perlu
diulang? Ciuman pertama Reia.
Padahal Reia sudah
berandai-andai ciuman pertamanya itu adalah dengan Genki. Jauh banget kan,
sosok mempesona seperti Genki dengan sosok menyebalkan seperti Amu.
“Kamu ngapain sih
nangis nggak jelas begitu?”
Reia langsung
bangkit dengan wujud acak-acakan begitu mendengar suara Amu di sekitarnya. Dan
matanya yang melotot langsung menangkap Amu yang berdiri bersandar pada dinding
kamarnya di dekat pintu, dengan kedua tangan dilipat di dada.
Dengan sepenuh
perasaan kesalnya Reia menunjuk Amu dengan jari bergetar.
“Kamu .... kamu
.... berani-benarinya kamu mencuri FIRST KISSku haaaaaa!!!” Teriak Reia heboh.
Amu mengedipkan
matanya dengan wajah tanpa rasa bersalah. Padahal dalam hati dia udah
lompat-lompat sampa nyaris kepentok atap karena begitu bahagianya mendengar
pengakuan Reia. Tapi harus tetep cool dong.
“Oh, kirain kenapa?
kalo cuma itu jangan histeris kaya aku udah perkosa kamu dong!” Amu mengoceh
dengan santainya tanpa memperhatikan Reia yang sudah siap mengirimnya ke
neraka.
Dan, suara berdebam
pun langsung terdengar bergantian dengan jeritan Amu.
Yah, walau
bagaimana pun, Reia tidak sejinak yang diperkirakan Amu. Untung saja mama Reia
segera datang dan mengamankan calon menantu idaman tercintanya sebelum Amu
resmi menyandang gelar almarhum karena dimutilasi Reia dan dibuang ke dasar
laut.
***
Reia benar-benar
memandang Amu dengan tatapan membunuh. Di sini yang jadi korban kan seharusnya
Reia, tapi kenapa Reia juga yang harus dihukum. Sementara si Amu yang –sok-
keren itu sedang duduk dengan wajah penuh kemenangan di sofa.
“Reia, berapa kali
papa harus mengatakan padamu untuk bersikap sopan!” Papa yang langsung pulang
dari kantor setelah mendapat telfon dari mama memulai sesi ceramah yang entah
akan selesai tahun berapa.
Dan jadilah Reia
yang berlutut di depan Amu dan kedua orangtuanya hanya bisa mengutuk Amu dengan
kutukan paling mengerikan dari yang paling mengerikan tanpa berani mengeluarkan
sepatah kata pun untuk membantah. Jika saja berani, belum sampai kutukan itu
selesai diucapkan, papa pasti langsung menvonisnya. Kehilangan setengah dari
uang saku sudah cukup untuk membuat Reia tewas mengenaskan.
“Dengarkan Reia!
Mulai besok, kamu berangkat dan pulang sekolah bersama Amu. Berterimakasihlah
pada Amu yang sudah bersedia pindah ke sekolah yang sama denganmu!” Akhirnya
papa mengakhiri ceramahnya yang disambut jeritan histeris Reia.
***
Reia mencibir dalam
hati saat mendengar beberapa teman sekelasnya yang heboh karena kedatangan
‘murid baru yang keren’. Hoeek banget deh. Kerenan juga Jinguji, gantengan juga
Amu, manisan juga Genki, cantikan juga Reia sendiri. Tapi kok cepet banget sih
si Amu itu populer.
Rasanya malas
sekali memikirkan Amu di saat seperti ini. Tapi meskipun Reia ingin sekali
menonjok Amu setiap kali wajah itu nyasar ke otaknya, tetap saja Amu dengan
senyum dan tingkah tidak jelasnya berkeliaran bebas di sekitarnya. Padahal
wujud aslinya ada di kelas sebelah loh!
Genki juga masih
seperti biasa. Memandang ke luar jendela seolah tidak ada tempat lain yang
layak dipandang selain tempat itu. Menopang dagu dan berdiam diri berlama-lama
tanpa peduli teriakan histeris memekakkan telinga atau keributan seperti apa
pun yang ada di sekitarnya.
Terkadang Reia
ingin sekali menyapa Genki lalu memukuli kepalanya agar bisa mengerti apa yang
difikirkan anak itu. Tapi tetap saja Reia hanya bisa duduk di kursinya tanpa
bisa berjalan mendekat.
Genki yang duduk di
kursinya jauh di seberang tempat Reia dengan tenang. Menopang dagu dan
memandang ke luar jendela.
Aktivitas seperti
itu. Suasana seperti itu. Kenapa Reia merasa akrab sekali ya? Rasanya seperti
de javu. Reia justru sangat tertarik memandangi Genki di saat seperti itu.
Seperti bertemu dengan sesuatu yang dirindukannya.
“Reiaaaaa!!!!!”
Reia langsung
mendengus kesal saat mendengar suara itu. Siapa lagi kalau bukan Jinguji dan
Fuu, plus segerombolan fansunya yang nggak pernah tau situasi. Ditolak
baik-baik datang lagi, diusir senyam-senyum, digebukin juga nggak mau kapok.
“Reia, ke kantin
yuk!” Jinguji yang datang-datang langsung duduk di depan Reia setelah mengusir
penghuni sebelumnya mengangkat kedua alisnya. Mencoba peruntungan seperti
biasa.
“Unn, bagaimana
kalau pulang sekolah nanti kita kencan!” Fuu justru lebih terang-terangan. Mata
berbinarnya memandang Reia penuh ketakjuban, seperti melihat bulan yang
tiba-tiba punya kaki dan ngedance heboh.
Reia masih tidak
peduli. Tetap sibuk memandangi Genki yang juga sedang sibuk memandangi entah
apa atau siapa.
“Reiaaaaaaa
chaaaaannnnnn, ayo kita menikah!!!!!!!”
Brakk!!!
Teriakan bersemangat
dari luar sana membuat Reia langsung terjatuh dari kursinya.
Anak itu lagi!!
haruskah Reia menendangnya hingga terbang ke planet mars?
Tanpa berfikir lagi
Reia langsung melongokkan kepalanya ke luar. Di sana, tepat di bawah kelasnya
yang ada di lantai dua seorang anak yang lebih tinggi dari Reia tapi berwajah
bocah dengan pipi mochi melambaikan tangan penuh semangat. Di tangan satunya,
ada seiikat mawar merah muda yang diikat dengan pita putih.
“Yah, bocah!!!
Ngapain kamu teriak-teriak di sini?!! Sekolah kamu tuh di sebelah!!!” Teriak
Reia nggak kalah nyaring.
Kalo Jinguji Fuu cs
sih Reia bakalan langsung ngamuk-ngamuk. Tapi ini anak barusan lulus SD taun
kemaren –atau kemarennya lagi ?- setiap istirahat selalu melanglang buana ke
sekolah Reia dan meneriakkan yel-yel berupa kalimat nggak jelas yang bikin
seisi sekolah ngakak guling-guling.
“Reia chan, papa
udah setuju loh! Nanti kita honeymoon romantis yaaaa!!!!” Teriakan Kaoru kali
ini benar-benar membuat Reia lemas seketika dengan muka memerah.
Sejak kapan bayi
semacam Kaoru tau soal honeymoon?Terlalu cepat seratus tahun.
“Hei bocah, balik
ke habitat kamu sendiri sana!!” Jinguji dan Fuu berteriak kompak sambil menunjukkan
kepalan tangan mereka.
“Bodo, siapa mau
ngomong sama kalian!!!” Kaoru malah nantangin.
“Ne, Reia chan,
sebentar lagi istirahat selesai, Kaoru balik ke school dulu yah. Jangan kangen
ya, besok ke sini lagi kok. Bye bye!” Kaoru lambai-lambai sambil pamitan lalu
kasih kiss bye.
Sukses deh Reia
ambruk!
“Bye bye du bye!
Nggak usah balik sekalian!!” Reia meruntuk setelah Kaoru nggak kelihatan lagi.
Reia manyun begitu
sadar semua orang tertawa. Biasanya sih begini juga. Bahkan Genki juga menahan
tawa.
Yang bikin sebel
justru suara tawa nyebelin dari depan kelas itu. Gimana jeleknya cara Amu
menertawai adegan konyol barusan sambil dikelilingi beberapa ‘teman’ barunya
yang sok manis dan sok ‘nempel’ seperti stiker murahan.
Masih sama. Ketika
Reia menoleh, matanya hanya menatap Genki yang masih setia dengan posisinya.
Apa ... seperti itu
disebut perasaan sebelah pihak?
Reia kembali
menjatuhkan kepalanya di atas meja. Terkadang, meskipun semua orang
menginginkannya, memperebutkannya, tapi rasanya hanya seperti sebuah piala,
hanya untuk dipajang setelah didapatkan.
Dulu sekali,
rasanya Reia juga pernah menunggu hingga tidak lagi mengingat apa yang
ditunggunya. Dulu sekali ...
***
Haruskah Reia
mengirim Amu ke planet entah berantah atau justru memilih mengungsi ke planet
Mars?
Dengan hebohnya
mama meninggalkan pesan bahwa mama-papanya + mama-papanya Amu baru saja
berangkat untuk berlibur ke Bali hingga waktu yang tidak ditentukan.
Pengumuman
mengejutkan yang nyaris membuat Reia mengemasi barang-barangnya dan pindah ke
rumah sakit jiwa adalah kenyataan bahwa selama orangtuanya pergi, Amu akan
tinggal di rumahnya. Yang lebih parah adalah pemberitahuan yang ditulis mama
dan ditempel seukuran poster artis idolanya di ruang keluarga.
Pengumuman tersebut
dapat dirinci sebagai berikut:
1. Selama papa dan mama berlibur, Amu-Reia
akan tinggal serumah.
2. Reia wajib ‘kalo perlu pake banget’ patuh
pada Amu, bersikap sopan dan ramah, dan tidak membuat masalah.
3. Urusan membersihkan rumahdan memasak
menjadi tanggung jawab Reia.
4. Jangan lupa untuk menyiapkan sarapan, makan
siang dan makan malam untuk Amu. Uang belanja dan uang saku Reia sudah
disiapkan. Tinggal minta ke Amu saja.
5. Jangan befikir untuk mengabaikan peraturan
ini karena mama akan tau ^_^
Mama.
Dan Reia pingsan
saat itu juga.
Berkat peraturan
tidak manusiawi _menurut Reia_ itu, Reia terpaksa membereskan ruumah sendiri,
bahkan berbelanja dan memasak. Amu hanya mengantarnya belanja, tapi hanya duduk
memperhatikan saat Reia memasak makan malam.
“Yang benar saja,
kenapa sekarang aku jadi seperti istrinya Amu begini?”Guman Reia sebal.
Nafasnya berhembus
penuh amarah ketika lagi-lagi masakannya gagal. Ini sudah lewat jam makan malam
tapi tidak satu pun dari eksperimennya yang berhasil.
Amu memegangi
perutnya yang kelaparan. Sepertinya membiarkan Reia ‘bermain’ di dapur tidak
akan membuatnya kenyang. Sejak sore Reia mencoba memasak tapi tidak ada satupun
yang tersaji di meja makan. Tapi memandangi Reia yang sedang berusaha keras
benar-benar membuatnya merasa bahagia. Di antara semua yang memperebutkan Reia,
hanya dirinya yang beruntung bisa menemani Reia memasak, menjadi orang yang
menjadi tujuan Reia memasak.
“Baiklah, sebaiknya
kita makan di luar saja!” Amu menyerah setelah melihat Reia hampir menangis
karena kesal.
Dan di sinilah
mereka sekarang, duduk saling berhadapan sambil menyantap makan malam.
Awalnya Amu
bersikeras ingin membawa Reia makan malam romantis, tapi dengan dalih malas
pergi jauh-jauh, Reia menyeret Amu ke kedai ramen yang tidak terlalu jauh dari
rumah. Makan malam romantis hanya untuk dua orang yang saling mencintai, begitu
kalimat penolakannya.
Pipi yang memerah,
senyum yang mengembang, dan ekspresi Reia ketika makan, Amu terpesona dengan
semua itu. Mereka juga bisa bercanda dan ngobrol ketika makan, lebih akur dari
biasanya.
“Ah, bagaimana
kalau sebelum pulang kita belanja? Sekali belajar memasak saja kamu menguras
isi kulkas!” Ajak Amu setelah keluar dari kedai ramen.
“Jangan menghina,
begini-begini juga aku sudah berusaha sekuat tenaga!” Reia meninju pelan bahu
Amu.
Amu hanya
berpura-pura kesakitan. Tapi toh Reia setuju juga untuk belanja sebelum pulang,
membuat Amu tersenyum sembunyi-sembunyi karena sekarang mereka seperti sedang
kencan.
Berjalan berdua
beriringan saat malam hari, menertawakan beberapa hal konyol, hingga
mengomentari pejalan kaki yang lain. Amu seperti melihat sisi ceria Reia yang
seutuhnya. Menariknya kesana-kemari, memaksanya membeli topi yang aneh, hingga
tanpa sadar tangan keduanya terus bertautan saling menggenggam.
Reia menghentikan
langkahnya dalam perjalanan pulang. Ice cream di tangannya mulai terabaikan
karena Reia lebih memilih memandangi boneka kelinci yang di pajang di sebuah
toko.
“Kenapa?” Amu ikut
memandangi toko boneka yang tidak terlalu besar itu.
Reia tersenyum aneh
dan memandangi Amu. Matanya berbinar dan tangannya mula menarik-narik ujung
kaos yang dipakai Amu.
“Amu ..... belikan
ya!” Rengeknya.
Dengan mulut
menganga, Amu terpesona pada senyuman menggoda yang ditujukan untuk membuatnya
patuh. Mata dengan binar memohon, Reia bermanja padanya dan bagi Amu itu adalah
kesempatan sekali seumur hidup.
Amu tidak bisa
menghindar ketika dengan sengaja Reia menyeretnya ke dalam toko dan memintanya
memindahkan semua boneka di dalam toko itu ke kamarnya. Reia hanya terkikik
tertahan ketika melihat wajah syok Amu. Mengingat Amu berasal dari keluarga kaya,
isi toko boneka itu jelas tak seberapa.
Sambil memeluk
boneka kelinci yang tadi dilihatnya dari luar, Reia mendekati Amu yang sedang
membayar semua hasil rampokannya. Senyumnya memudar dan perlahan menghilang
ketika tanpa sengaja sepasang mata rembulannya menangkap gambaran kertas usang
bergambar dua anak kecil yang saling bergandengan di dalam dompet Amu.
“Ayo pulang!” Dan
Reia hanya diam ketika Amu menggandengnya, diikuti beberapa orang yang sengaja
di bayar Amu untuk memindahkan boneka-boneka itu ke kamar Reia.
“Amu ....!” Panggil
Reia pelan.
“Hmmm, ada lagi
yang kamu inginkan?” Tanya Amu ketika melihat Reia menatap ke arahnya dengan
tatapan yang berbeda.
Reia menggeleng.
Hanya mengeratkan genggaman tangannya.
***
Pantas saja, Genki
yang selalu melihat ke luar dari jendela. Genki yang selalu terlihat edang
mengharapkan seseorang memandangnya. Punggung yang selalu terlihat. Tempat
duduk di seberang.
Reia mengingatnya
sekarang. Semua perasaaan dekat dan nyaman itu lahir dari kerinduannya pada
seseorang yang tidak bisa diingatnya dengan jelas. Lelah menunggu, ketika
seseorang itu tidak juga datang, Reia memandang orang lain sebagai orang yang
sama.
Pintu kamar Amu
tertutup. Tapi Reia bisa melihat cahaya yang menerobos dari celah pintu. Dengan
dorongan keingintahuannya, Reia mengetuk pintu kamar Amu. Tidak apa-apa jika
orang itu adalah Amu sekali pun, meskipun Amu menyebalkan atau apalah di
matanya, tapi asalkan orang itu benar-benar kembali untuknya, Reia akan
memeluknya.
Amu sedikit kaget
saat membuka pintu. Biasanya reia tidur lbih dulu, dan ini sudah lewat tengah
malam.
Tanpa permisi, Reia
masuk, lantas membaringkan tubuhnya di atas kasur. Amu hanya mengikutiku, duduk
di samping Reia yang berbaring, bersandar pada kepala ranjang yang dilapisi
bantal.
“Kamu kenapa, tidak
bisa tidur?” Amu mengelus kepala Reia, membiarkan jari-jarinya bersentuhan
dengan rambut lembut Reia.
Reia menggeleng,
hanya balik memandang Amu.
“Maaf!” Reia
berkata pelan, setengah berbisik. Lantas matanya mulai terpejam.
“Maaf karena tanpa
sengaja aku melihatnya di dompetmu. Maaf karena tanpa sadar aku melupakanmu.
Maaf karena tidak mengenalimu. Maaf, karena aku tidak menyambutmu ketika
kembali, anak nakal!” Reia yang memejamkan mata masih berkata. Air mata
merembes dari kedua matanya yang tertutup.
Amu tersenyum untuk
selanjutnya berbaring menyamping, menghadap Reia dan memeluknya penuh sayang.
Rasanya bahagia sekali ketika Reia kembali mengingatnya.
“Aku pulang,
pengantinku!” Bisiknya.
Reia tidak lagi
menjawab. Airmatanya mengalir, dan matanya masih terus terpejam.
“Mulai hari ini,
jangan pernah melihat orang lain selain aku. Jangan menyukai orang lain selain
aku. Jangan membiarkan orang lain menggandeng tanganmu selan aku. Jangan
biarkan orang lain makan dari tanganmu selain aku. Jangan memeluk orang lain
selain aku. Reiaku, Reia adalah punyaku!” Amu masih berbisik.
Satu kecupan halus
di pipi Reia, dan Amu ikut memejamkan mata. Entah bagaimana reaksi seisi
sekolah ketika besok Amu menggandeng Reia di sekolah. Amu hanya akan tersenyum
bangga.
***
“Reia, kali ini,
kumohon pergilah kencan denganku!” Jinguji berlutut lagi istirahat kali ini.
Reia menggeleng.
Dia benar-benar mengantuk karena Amu membangunkannya pagi-pagi sekali untuk
membuat sarapan. Meskipun Reia sudah ingat jika Amu adalah teman masa kecilnya
yang dijodohkan dengannya, juga yang selalu ditunggunya hingga bertahun-tahun,
bahkan sampai terlupa pada siapa dia menunggu, tapi Amu tetap saja sedikit
menyebalkan dan semaunya.
Jinguji hampir
meraih tangan Reia ketika tangan lain menepisnya.
Amu sudah berdiri
dengan wajah murka di samping Reia yang tidak terlihat tertarik sama sekali.
Yang diharapkannya sekarang hanya kasur dan bantal.
“Yah, ngapain kamu
kesini, kelasmu di sebelah!” Omel Jinguji yang merasa terganggu.
“Jangan dekat-dekat
Reia!” Amu melipat tangannya di dada, menatap Jinguji dengan tatapan menantang.
“Memangnya kenapa?
Apa hakmu? Reia bukan pacarmu, jadi kamu ...!” Jinguji tidak sempat melanjutan
kata-katanya ketika dengan santainya Amu mencium Reia.
Reia tidak
membalas, tapi juga tidak menolak. Hanya merebahkan kepalanya di pundak Amu
ketika Amu telah duduk di sampingnya.
“Reia memang bukan
pacarku, hanya tunanganku!” Amu seolah memberi pengumuman karena meneriakkan
kata-katanya, membuat semua yang mengincar Reia patah hati, patah tulang,
bahkan mematahkan pensil yang sedang digenggamnya.
Semua yang
mendengarnya kaget, kecuali Genki yang hanya melanbaikan tangan pada seseorang
yang melambaikan tangan terlebih dahulu padanya dari luar jendela.
_THE END_
EPILOG 1 : Di rumah.
Setelah puas
mengerjai anak semata wayangnya yang manja, papa dan mama Reia pulang dengan
segunung oleh-oleh yang pastinya diperlukan sebagai upeti untuk meredam amukan
Reia.
“Sudah jam segini,
Reia dan Amu pasti sudah tidur!” Papa mengeluarkan kunci cadanagn dari tasnya.
“Yah, apapun. Cepat
buka pintunya, mama sudah kangen sekali pada Reia. Ah, apakah mereka berdua
akur? Jika cara ini tidak berhasil, kita kirim saja mereka berdua ke pulau tak
berpenghuni seperti di dorama!” Mama Reia tersenyum sambil memasuki rumah
begitu pintu terbuka.
Tapi keduanya hanya
menatap tak percaya dengan mulut terbuka hampir berbusa ketika melihat
pemandangan menakjubkan di ruang tengah:
Amu duduk di sofa
dengan Reia dalam pelukannya.
EPILOG : Di
sekolah.
“Genki, ayo kencan denganku
besok!” Jinguji mengulangi ajakan kencannya yang ke tiga belas kali hari ini.
Genki yang selesai
mengemasi barang-barangnya menatap Jinguji dengan tatapan kesal. Jadi seperti
ini repotnya mengalami hal yang sama dengan Reia.
“Genki, jadilah
pacarku. Aku akan menjagamu hingga titik darah penghabisan!” Fuu berlutut di
depan Genki yang masih duduk di kursinya, bersandar ke dinding.
Sambil tersenyum,
Genki menggeleng. Kalo soal jaga-menjaga, seharusnya Genki menyewa bodyguard
saja.
“Genki chan, hari ini
jadi pergi bersamaku?” Seseorang melambaikan tangan dari luar kelas.
Jinguji dan Fuu
menoleh bersamaan. Keduanya menatap tidak suka dan penuh persaingan pada
sesosok makhluk yang mereka kenali sebagai kakak kelas mereka, melambaikan
tangan dan melempar senyum sejuta watt pada Genki yang tersipu.
Keduanya menganga
selebar-lebarnya saat Genki bergegas meninggalkan mereka dan menghampiri kakak
kelas yang setelah sekian lama diketahui Reia sebagai orang yang sering
diperhatikan Genki diam-diam.
Berita baiknya,
Genki merapat pada kakak kelas itu dan membiarkan pipinya dielus sayang.
“Jadi kita kemana
dulu?”
“Sushi!” Genki
menjawab semangat.
“Eh? Aku tidak bisa
menolak kalo itu Genki chan!”
Keduanya tertawa,
membiarkan Jinguji dan Fuu semakin merana. Apalagi saat melihat Genki dirangkul
dan berjalan bersama dengan mesra seperti itu.
“Aaaaaaa Reia
himeeeeeee, kembalilah kepada kami!!!!!” Jinguji dan Fuu berteriak histeris
seperti sedang memanggil pemadam kebakaran untuk menyirami hati mereka agar tidak
terbakar habis.
Sementara Reia yang
duduk di pojokan, dipangku Amu, hanya tertawa cekikikan. Bahagia banget melihat
mereka patah hati untuk yang kesekian kali.
“Reia chan
milikku!!” Amu berujar sambil mengeratkan pelukannya pada Reia yang masih
tertawa.
Then, cerita hari
ini mungkin tidak terjadi besok kan?
-END-
Nakamura Reia
Yang ini pernah saya sebut-sebut di post sebelumnya yaaa .... saya suka sekali sama Nakamura Reia.
Kalo kata generasia.com, ini sedikit tentang Reia:
Reia pernah satu grup sama Morimoto Shintaro di Snowprince Gassoudan *bener nggak namanya gitu?* Pernah di Sexy Boyz juga. Bertiga bareng Jr lain di Takure. Reia bisa skateboard, trus kalo dance bagus juga.
Segitu dulu ....
Name: Nakamura Reia (中村嶺亜)
Nickname: Reiya
Birthday: April 2, 1997 (age 17)
Birthplace: Tokyo,Japan
Blood Type: A
Height: 168cm
Weight: 48kg
Hobby: Watching movies,Fighting game match up
Skills: Skateboard,Snowboard,Oil Painting
Admired Sempai: Tegoshi Yuya
Charm Point: Skin
Favorite Words: Failure teaches success
Favorite Color: Purple
Favorite Food: White Taiyaki Custard Taste
Dislike: Tomatoes
Favorite Animal: Dog,Cat
Favorite type of girl: cute,cheerful and kind
Favorite Movie: " Star Wars "
Favorite Song: "Sakura Girl" by NEWS , Perfect by KAT-TUN
- See more at: http://www.generasia.com/wiki/Nakamura_Reia#sthash.EtVmybkd.dpuf
Name: Nakamura Reia (中村嶺亜)
Nickname: Reiya
Birthday: April 2, 1997 (age 17)
Birthplace: Tokyo,Japan
Blood Type: A
Height: 168cm
Weight: 48kg
Hobby: Watching movies,Fighting game match up
Skills: Skateboard,Snowboard,Oil Painting
Admired Sempai: Tegoshi Yuya
Charm Point: Skin
Favorite Words: Failure teaches success
Favorite Color: Purple
Favorite Food: White Taiyaki Custard Taste
Dislike: Tomatoes
Favorite Animal: Dog,Cat
Favorite type of girl: cute,cheerful and kind
Favorite Movie: " Star Wars "
Favorite Song: "Sakura Girl" by NEWS , Perfect by KAT-TUN
- See more at: http://www.generasia.com/wiki/Nakamura_Reia#sthash.EtVmybkd.dpuf
Name: Nakamura Reia (中村嶺亜)
Nickname: Reiya
Birthday: April 2, 1997 (age 17)
Birthplace: Tokyo,Japan
Blood Type: A
Height: 168cm
Weight: 48kg
Hobby: Watching movies,Fighting game match up
Skills: Skateboard,Snowboard,Oil Painting
Admired Sempai: Tegoshi Yuya
Charm Point: Skin
Favorite Words: Failure teaches success
Favorite Color: Purple
Favorite Food: White Taiyaki Custard Taste
Dislike: Tomatoes
Favorite Animal: Dog,Cat
Favorite type of girl: cute,cheerful and kind
Favorite Movie: " Star Wars "
Favorite Song: "Sakura Girl" by NEWS , Perfect by KAT-TUN
- See more at: http://www.generasia.com/wiki/Nakamura_Reia#sthash.EtVmybkd.dpuf
Kalo kata generasia.com, ini sedikit tentang Reia:
- Name: Nakamura Reia (中村嶺亜)
- Nickname: Reia
- Birthday: April 2, 1997 (age 17)
- Birthplace: Tokyo,Japan
- Blood Type: A
- Height: 168cm
- Weight: 48kg
- Hobby: Watching movies,Fighting game match up
- Skills: Skateboard,Snowboard,Oil Painting
- Admired Sempai: Tegoshi Yuya
- Charm Point: Skin
- Favorite Words: Failure teaches success
- Favorite Color: Purple
- Favorite Food: White Taiyaki Custard Taste
- Dislike: Tomatoes
- Favorite Animal: Dog,Cat
- Favorite type of girl: cute,cheerful and kind
- Favorite Movie: " Star Wars "
- Favorite Song: "Sakura Girl" by NEWS , Perfect by KAT-TUN
Reia pernah satu grup sama Morimoto Shintaro di Snowprince Gassoudan *bener nggak namanya gitu?* Pernah di Sexy Boyz juga. Bertiga bareng Jr lain di Takure. Reia bisa skateboard, trus kalo dance bagus juga.
Segitu dulu ....
Langganan:
Postingan (Atom)